Uber Dikabarkan Bakal Menarik Diri dari Asia dan Afrika
Abadikini.com, JAKARTA- Uber dikabarkan akan mulai menarik diri dari beberapa negara di Asia dan Afrika. Hal itu sesuai dengan keinginan investor baru mereka, Softbank.
Softbank dan beberapa perusahaan lain pada Kamis (18/1) lalu resmi membeli 17,5% saham Uber setelah menggelontorkan total investasi sebesar US$ 8 miliar. Dari jumlah itu, Softbank yang merupakan perusahaan teknologi asal Jepang itu menguasai 15% saham dan menjadi pemegang saham mayoritas Uber.
Dikutip dari Financial Times, Uber berharap tambahan dana segar ini dapat membuat perusahaan menjangkau “Lebih banyak orang di seluruh dunia.” Namun, rencana ini dinilai bertentangan dengan visi Softbank.
Direktur Softbank Rajeev Misra yakin bahwa perusahaan penyedia jasa ride-sharing itu bisa meraih sukses yang lebih besar jika fokus pada pasar yang telah mereka dominasi, seperti Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin dan Australia. “Misra diharapkan menjadi bagian dari Direksi Uber sebagai bagian dari kesepakatan pembelian saham,” dikutip dari Quartz, akhir pekan lalu.
Pandangan Misra juga dinilai wajar, mengingat Softbank juga berinvestasi di perusahaan sejenis seperti Ola di India dan Didi di Cina. Tentu Softbank tak ingin ada persaingan di antara sesama perusahaan yang telah disuntik modalnya.
Hanya, pandangan tersebut rupanya dibantah oleh Uber. Melalui surat elektronik, juru bicara Uber menyatakan bahwa perusahaannya masih berkomitmen untuk mengembangkan jaringan di Afrika.
Ekspansi Uber di Afrika dimulai pada 2013. Sejak itu, Uber telah menjangkau delapan negara di Benua Hitam, yakni Afrika Selatan, Kenya, Nigeria, Tanzania, Uganda, Ghana, Mesir dan Maroko.
Sementara, dalam sebuah kesempatan, CEO Uber Dara Khosrowshahi pernah memngakui bahwa pasar ride-sharing di Asia Tenggara sangat kompetitif. Meski, secara keseluruhan, ia mengklaim perusahaan perusahaan yang ia pimpin masih kompetitif di setiap pasar yang mereka huni.
“Kami akan terus lanjut, dan kami condong terus maju. Akan tetapi saya tidak optimis pasar itu (Asia Tenggara) bisa menguntungkan dalam waktu dekat,” ujar mantan CEO Expedia itu kepada Reuters, Selasa (21/11) lalu.
Khosrowshahi menilai kompetisi di Asia Tenggara sudah over-capitalized. Istilah ini merujuk pada situasi saat pendapatan yang diperoleh tak sebanding dengan investasi yang dikucurkan oleh perusahaan. (ak/katadata)