Gara-gara Viagra, Populasi Kuda Laut Terancam
Abadikini.com, JAKARTA – Jalan-jalan di distrik Sheung Wan, sisi barat Hong Kong bakal menawarkan pengalaman berbeda buat wisatawan. Distrik ini terkenal sebagai pusat penjualan obat tradisional China.
Pengunjung akan disuguhi pemandangan toples-toples bening berisi jamur kering, tanaman herbal kering, beri dan kuda laut.
Jangan dibayangkan kuda laut ini dalam kondisi hidup dan berenang di dalam toples. Sebaliknya, kuda laut ini sudah berada dalam kondisi menyedihkan. Mereka dalam kondisi kering dan berwarna cokelat pucat.
Dalam pengobatan tradisional China, kuda laut masuk dalam daftar obat yang diyakini punya manfaat. Manfaatnya pun tak sembarangan. Kuda laut diyakini bermanfaat serupa viagra.
Keyakinan ini akhirnya membuat banyak orang memburu kuda laut. Para ahli memperingatkan jumlah kuda laut bisa menurun drastis apalagi hewan ini masuk dalam satwa yang dilindungi.
Menurut Lixing Lao, direktur School of Chinese Medicine, University of Hong Kong, kuda laut pertama kali disebut dalam literatur pengobatan China pada tahun 700.
“Berdasar teori pengobatan tradisonal China, kuda laut itu memberikan banyak nutrisi dan energi,” kata Lao melansir dari CNN (7/6).
Kuda laut biasa dicampur dengan tanaman tertentu dan direbus. Layaknya teh, air rebusan diminum. Kuda laut diyakini bisa menyembuhkan asma dan disfungsi seksual pria termasuk impotensi dan ejakulasi dini.
Akan tetapi Lao berkata tak ada bukti ilmiah bahwa binatang laut ini bisa mengatasi asma dan menggenjot performa pria di ranjang. Plus, tak ada uji klinis pada manusia terkait manfaat kuda laut.
Termasuk satwa dilindungi
Anda bisa mendapatkan kuda laut kering di Hong Kong dengan mudah. Lirik saja kuda laut kering di Sheung Wan. Satu ekornya dihargai 40 dolar Hong Kong atau sekitar Rp71ribu. Kebanyakan pembeli adalah pria-pria berusia 50 tahun ke atas.
Wilayah ini merupakan pusat perdagangan terbesar dunia untuk hewan kering. Sarah Foster, manajer program Project Seahorse, University of Columbia, Kanada mengatakan bahwa analisis data perdagangan global menunjukkan Hong Kong bertanggung jawab terhadap sekitar dua pertiga impor kuda laut pada 2014-2017.
World Wild Fund (WWF) melaporkan popularitas kuda laut sebagai obat tradisional juga mendorong penjualan satwa ini di China, Taiwan dan Indonesia.
Foster berkata sekitar 37 juta kuda laut ditangkap tiap tahun. Ada desain regulasi, tetapi penyelundupan bukan hal yang aneh.
Padahal secara teori, kuda laut adalah hewan dilindungi. Pada 2002, semua spesies yang masuk daftar Lampiran II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), perjanjian internasional didesain untuk memastikan perdagangan internasional terkait satwa dan tanaman liar tidak mengancam kelestarian mereka.
Karena masuk dalam daftar, kuda laut bisa diekspor hanya jika merkea sudah dibudidaya dan legal plus ada bukti dokumennya. Bahkan beberapa negara termasuk Thailand, Filipina dan Indonesia memiliki aturan larangan ekspor kuda laut. Namun bukan berarti kuda laut bisa hidup tenang di laut. Larangan rupanya menciptakan suaka pasar gelap.
Bagaimana dengan Hong Kong?
Penjualan kuda laut kering di Sheung Wan dianggap tidak melanggar CITES. juru bicara Agriculture, Fisheries and Conservation Department (AFCD) mengatakan bahwa CITES didesain untuk mengontrol impor dan ekspor tetapi aturan di Hong Kong tidak melarang perdagangan kuda laut di dalam negeri.
Perlu perbaikan aturan
Perdagangan obat tradisional China memang mendorong penangkapan kuda laut. Namun jika perdagangan dihentikan, ini tak akan serta merta menyelamatkan kuda laut. Foster mengatakan pokok persoalannya bukan di obat tetapi pada industri penangkapan ikan.
Kuda laut sebenarnya bukan target tangkapan nelayan. Kuda laut bisa turut jadi tangkapan akibat penggunaan jala yang menangkap ikan tanpa pandang bulu.
Jaring pukat (di Indonesia pukat harimau) adalah jaring besar yang diseret sepanjang dasar laut dan menangkap semua makhluk hidup yang ada di jalurnya. Jaring ini jadi pelaku penangkapan kuda laut. Metode penangkapan ikan dengan pukat tersebar di Afrika, Amerika Latin, Asia Timur dan Asia Tenggara, di mana terdapat banyak kuda laut.
Mengetahui kuda laut bisa jadi komoditas berharga, mereka bisa dijual oleh nelayan. Jika tidak ada lagi perdagangan kuda laut, maka satwa ini hanya dibiarkan mati karena tidak mendapat hidup di permukaan.
Menurut Foster, langkah terbaik untuk melindungi kuda laut adalah mengatur penangkapan ikan mulai dari mengurangi ukuran armada penangkap ikan, menutup sebagian zona samudera untuk penangkapan ikan dengan pukat dan mencegah pukat digunakan di zona tertentu.
“Tanpa ada kemauan politik yang lebih besar, tidak mungkin masalah bisa hilang,” imbuh Foster.