Kisah Martha Christina Tiahahu Pahlawan Wanita dari Maluku Saat Menumpas Belanda
Abadikini.com, JAKARTA – Peperangan selalu berkaitan dengan rusuh, korban jiwa, dan kesedihan. Namun jika peperangan tersebut dilakukan untuk memperjuangkan kemerdekaan negeri sendiri, maka pengorbanan perlu dilakukan, meski nyawa yang menjadi taruhan. Itulah yang dilakukan oleh para Pahlawan Nasional Indonesia dahulu saat memperjuangkan kemerdekaan.
Salah satu Pahlawan Nasional yang berjuang di medan perang demi kemerdekaan Indonesia adalah Martha Christina Tiahahu, remaja tangguh asal Nusa Laut yang menjadi Pahlawan Nasional termuda di Indonesia. Martha menghabiskan masa mudanya untuk berjuang melawan penjajah Belanda. Berikut kisahnya.
1. Anak seorang kapiten
Martha Christina Tiahahu lahir di Nusa Laut, Maluku pada tahun 1800. Martha adalah anak dari seorang Kapiten terpandang Maluku, Kapiten Paulus Tiahahu. Ibunya bernama Sina. Martha kecil terkenal berkemauan keras dan pemberani. Kemanapun sang ayah pergi, ia selalu mengikutinya. Sejak kecil, ia menjadi gadis tangguh yang memiliki keinginan besar untuk ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan negaranya, Indonesia.
2. Sejak kecil menjadi anak yatim
Ibu kandung Martha, Sina, meninggal pada saat dirinya masih kecil. Hal itu membuatnya sedih karena harus kehilangan Ibu di usianya yang masih sangat muda. Tapi, hal tersebut justru membuat Martha menjadi pribadi yang mandiri dan pemberani. Ia dekat dengan ayahnya. Ia sering mengikuti ayahnya menghadiri rapat perencanaan perang. Martha kecil sudah terbiasa memperhatikan ayahnya mengatur pertempuran dan membuat kubu pertahanan.
3. Perang pertama Martha : Perang Saparua Mei 1817
Di usia remaja, kebanyakan anak muda ingin menghabiskan masa remajanya dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Tetapi keinginan tersebut tidak muncul di diri Martha. Di usia remaja, ia justru berkali-kali meminta izin ayahnya untuk ikut berperang. Sang ayah akhirnya mengizinkan keinginan putri tunggalnya tersebut.
Dalam buku Sedjarah Perdjuangan Pattimura: Pahlawan Indonesia (1960: 201), pada 14 Mei 1817, dalam sebuah rapat, Kapiten Paulus Tiahahu dan kapiten-kapiten di sekitar Saparua memercayakan komando kepada Kapiten Pattimura. Setelah rapat, perahu-perahu disiapkan. Dua hari kemudian, mereka menyerang kolonial yang berada di Benteng Duurstede, Saparua. Dalam serangan itu, Residen van den Berg terbunuh.
Duurstede akhirnya berhasil dikuasai. Kemudian, kekuatan dibagi-bagi oleh Kapiten Pattimura. Kapiten Paulus Tiahahu ditunjuk untuk memimpin perlawanan di Nusa Laut. Martha ikut serta bersama pasukan ayahnya. Kapiten Paulus dan pengikutnya pun berhasil merebut benteng Beverwijk lewat serangan mendadak. Tentara-tentara Belanda yang ada di dalamnya terbunuh.
4. Ditangkap kolonial Belanda
Di daerah Ulat dan Ouw, Saparua, terjadi pertempuran hebat disana. Martha dan ayahnya ikut serta dalam pertempuran tersebut. Martha sudah terbiasa memegang tombak dan bambu runcing. Ia piawai dalam menggunakan senjata tersebut.
Pada 12 November 1817, para pemimpin Nusa laut berhasil disergap tentara Belanda. Martha Christina dan ayahnya termasuk di dalamnya. 3 hari ditahan dan diperiksa, Martha berusaha bersikap tenang. Namun saat vonis hukuman mati jatuh kepada ayahnya, Martha memberontak. Ia membujuk para tentara Belanda agar dirinya yang menggantikan ayahnya dalam menjalani hukuman. Namun sayangnya, para aparat Belanda tidak menggubrisnya.
17 November 1817 adalah hari dimana Kapiten Paulus dihukum mati. Martha dibawa masuk ke ruangan yang sempit agar tidak melihat kematian ayahnya yang dieksekusi di sebuah tanah lapang.
5. Meninggal di Laut Banda di usia muda
Setelah ayahnya meninggal, Martha dinaikkan ke kapal Eversten. Di kapal dia ditempatkan dalam ruangan kosong. Martha mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal ayahnya. Semangat yang biasanya hadir dalam diri gadis tersebut mulai pudar. Dirinya sampai enggan makan dan sering kali mengalami sakit.
Sampai pada malam tahun baru 1818, tubuhnya semakin lemah. Pada 2 Januari 1818, Martha Christina Tiahahu mengembuskan napas terakhir di usianya yang ke-17 tahun. Jasad Pahlawan Nasional muda tersebut dibuang di Laut Banda dan bersemayam disana.
Saat ini, di daerah Sirimau di kota Ambon, terdapat patung seorang srikandi muda, Martha Christina Tiahahu, yang rela mempertaruhkan nyawanya untuk kemerdekaan Indonesia. Patung tersebut menghadap ke arah Laut Banda, tempat dimana sang Srikandi meninggal.
Itulah biografi singkat Martha Christina Tiahahu, Pahlawan Nasional muda Indonesia yang masa mudanya ia habiskan untuk berjuang memerdekakan Indonesia. Semoga dapat menjadi inspirasi anak muda sekarang untuk menjadi pribadi yang tangguh dan selalu menjaga keamanan dan kedamaian di negeri ini.