BMKG Sebut Gempa di Indonesia Meningkat dalam Lima Tahun Terakhir
Abadikini.com, JAKARTA – BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika) menyebut terjadi peningkatan gempa dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan catatan BMKG, sepanjang 2008-2018 rata-rata Indonesia mengalami gempa sebanyak 5000 hingga 6000 kali.
Dikutip dari CNN, Ahad, (1/12), Kepala Bidang Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, di tahun 2013, total gempa yang terjadi mencapai 4234 gempa. Kemudian terus meningkat jadi 6929 kali pada 2017.
Lebih lanjut, angka tersebut terus mengalami peningkatan bahkan hampir dua kali lipat di tahun 2018 yaitu sebanyak 11.920 kali gempa. Meski 2019 belum berakhir, dalam kurun waktu hampir setahun ini ia mengatakan telah terjadi lebih dari 10.300 gempa.
“Dari 2008 sampai 2018, ada banyak sekali gempa dari Sumatera, Sulawesi, hingga Papua,” tutur Daryono dalam konferensi pers di kawasan Senen, Jakarta, Jumat (29/11).
“Rata-rata gempa yang merusak itu sebanyak 8-10 kali, tapi 2019 ini sudah 15 kali gempa merusak. Terakhir di Bali 14 November 2019 dan malamnya gempa berpotensi tsunami di Maluku,” jelasnya.
Selain itu ia juga mencatat sekitar kurang lebih 1500 gempa telah mengguncang wilayah Maluku sejak September 2019. Daryono mengatakan gempa susulan berpotensi masih akan terus terjadi di wilayah Maluku.
Karakteristik bebatuan di Maluku yang cukup rapuh menjadi alasannya. Energi yang tersimpan pada lempengan tersebut dilepaskan secara perlahan melalui gempa-gempa susulan berkekuatan rendah.
Walau gempa cenderung meningkat, tapi kondisi tersebut tak diimbangi dengan perbaikan mitigasi struktural pada bangunan.
“Dulu bangunan rusak akibat gempa, sekarang juga merusak. Itu artinya apa? Apa yang terjadi di masa lalu tidak ada perubahan, belum ada perbaikan mitigasi struktural,” lanjutnya.
Ia lantas membandingkan Indonesia dengan Jepang yang telah mewajibkan seluruh warga negaranya untuk membangun bangunan yang tahan gempa sejak 1980. Hal ini menurutnya berpengaruh pada jumlah korban jiwa yang jatuh akibat gempa.
Menurutnya pada gempa Jogja 2006 dengan magnitudo 6,4, korban meninggal 5800. Sementara gempa serupa di Jepang dengan kekuatan dan kedalaman yang sama, hanya 1 korban meninggal.
“Coba bayangkan 1 banding 5.800,” tandasnya.
Beberapa pekan belakangan, terjadi gempa beruntun di sejumlah wilayah Indonesia bagian timur. Gempa di Laut Maluku dengan magnitudo 7,1, terjadi Kamis (14/11); pada hari yang sama terjadi gempa Bali Utara magnitudo 5,0. Lalu disusul dengan gempa Ambon magnitudo 6,5 (26/9).
Hingga Sabtu (16/11) pukul 18.00 WIB, tercatat gempa Laut Maluku terjadi 185 gempa susulan, gempa Bali Utara diikuti 100 gempa susulan, dan Gempa Ambon diikuti 2.345 gempa susulan.