Tak Ingin Derita Stroke, Hindari Kebiasaan Merokok dan Vaping Secara Bersamaan
Penelitian baru menunjukkan anak muda yang mengkonsumsi vape bersama merokok dua kali lebih mungkin untuk menderita stroke daripada mereka yang hanya merokok.
Abadikini.com, JAKARTA — Penelitian baru menunjukkan anak muda yang mengkonsumsi vape bersama merokok dua kali lebih mungkin untuk menderita stroke daripada mereka yang hanya merokok.
Studi ini memperingatkan bahwa mereka yang menggunakan rokok elektronik dan rokok standar bersama-sama berpotensi lebih menempatkan diri pada risiko penyakit yang berhubungan dengan merokok.
Diterbitkan di American Journal of Preventive Medicine, penelitian ini menyelidiki hubungan antara eksposur dan hasilnya secara statistik, atau dikenal dengan istilah adjusted odds ratios (AOR), untuk kejadian serebrovaskular seperti stroke.
Tim dari Universitas George Mason, memeriksa data dari Sistem Surveilans Faktor Risiko Perilaku 2017, survei kesehatan tahunan yang dilakukan di seluruh Amerika Serikat.
Mereka menganalisis lebih dari 160.000 tanggapan tentang penggunaan rokok dan vape dari peserta berusia antara 18 dan 44 tahun, yang kebanyakan adalah laki-laki.
Temuan menunjukkan AOR dari peristiwa serebrovaskular di antara perokok saat ini adalah 1,59. Bagi mereka yang telah beralih ke vaping secara eksklusif, AOR melonjak menjadi 2,54. Namun, bagi mereka yang terus melakukan vape dan merokok, AOR-nya menjadi 2,91.
“Sudah lama diketahui bahwa merokok adalah salah satu faktor risiko paling signifikan untuk stroke,” kata Tarang Parekh, peneliti utama studi tersebut, dilansir Independent, Rabu (8/1/2020).
Penelitian ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa perokok muda yang juga menggunakan vape menempatkan diri mereka pada risiko yang lebih besar. Menurutnya ini merupakan pesan penting bagi perokok muda yang menganggap rokok elektronik kurang berbahaya dan sebagai alternatif yang lebih aman.
“Kami sudah mulai memahami dampak kesehatan dari rokok elektronik dan merokok secara bersamaan, dan itu tidak baik,” ujarnya.
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, muncul Pengawas obat-obatan di Inggris mempertimbangkan rencana untuk meminta perusahaan vaping mendanai penelitian tentang cairan rasa yang digunakan dalam vape. Hal itu setelah cairan tersebut dikaitkan dengan penyakit jantung dan paru-paru.
Sementara itu, Amerika Serikat telah melarang banyak rasa cairan rokok elektronik setelah muncul dugaan hal itu ada kaitannya dengan kematian lima puluh lima orang.