Ahli Vulkanologi Sebut Ada Potensi Penularan Erupsi Gunung Api
Abadikini.com, JAKARTA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengakui ada beberapa kasus bahwa erupsi gunung api saling berkaitan, meskipun kasusnya tidak banyak.
Kaitan ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Mitigasi PVMBG Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana menanggapi isu kaitan erupsi berdekatan Gunung Taal di Filipina, Gunung Shintake di Jepang, dan Gunung Popocatepetl di Meksiko dalam kurun waktu 72 jam.
“Umumnya tidak berkaitan. Memang ada beberapa kasus gunung api (tidak banyak) yang berkaitan, biasanya itu gunung api yang berdekatan, tidak berjauhan. Tapi gunung api yang berdekatan sekalipun justru lebih banyak kasus yang tidak berkaitan,” ujar Devy saat dihubungi, Rabu (15/1/2020).
Dilansir dari CNNIndonesia, Kamis (16/1) Devy menjelaskan beberapa jurnal Internasional pernah menunjukkan adanya keterkaitan beberapa gunung api terkait waktu erupsi. Misalnya Gunung Katmai dan Novarupta di Amerika Serikat, Karymsky dan Akademia Nauk di Rusia atau Fuego dan Agua di Guatemala.
“Ini contoh yang ada indikasi berkaitan, tapi sedikit sekali kasusnya, lebih banyak kasus yang tidak berkaitan. Apalagi kalau gunungnya berjauhan, belum ada contohnya yang secara ilmiah terbukti berkaitan,” ujar Devy.
Ahli vulkanologi Surono, di sisi lain menjelaskan letusan Gunung Merapi pada 2010 tidak menular ke gunung api, seperti Gunung Slamet. Surono mengatakan erupsi ketiga gunung yang hampir bersamaan tersebut hanya kebetulan.
“Jadi tiga gunung api meletus bersamaan hanya kebetulan saja dan itulah kepastian alam yg kita lihat saat ini. Tidak usah takut khawatir, karena tidak mungkin gunung api di Indonesia meletus karena tertular Gunung Taal,” kata Surono.
Devy kemudian menjelaskan gunung api telah mengalami erupsi jauh sebelum manusia berjalan di bumi. Oleh karena itu, ia menyarankan agar manusia sebagai ‘tamu’ di bumi harus bisa menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan.
“Kita bisa mengambil manfaat dari gunung api seperti tanah yang subur, udara yang segar, pemandangan yang indah, air mineral yang melimpah, dan lain-lain,” kata Devy.
Devy mengatakan manusia harus mencari tahu dan mengenal potensi ancaman dan bersiap menghadapi bahaya. Caranya adalah dengan agar selalu mengikuti arahan atau rekomendasi dari PVMBG maupun pemerintah daerah dan instansi terkait.
Masyarakat juga membiasakan diri membaca informasi gunung api yang tersaji di aplikasi MAGMA Indonesia atau melalui website PVMBG.
“Tapi kita juga di saat kondisi krisis perlu menghindari atau menjauhi kawasan rawan bahaya yang direkomendasikan, bergeser sementara, karena toh erupsi gunung api durasinya sebentar jika dibandingkan dengan lamanya gunung api itu memberi manfaat kepada manusia,” lanjutnya.