Remaja Bunuh Balita, PBB Pertanyakan Kinerja Lembaga Sensor Film
Abadikini.com, JAKARTA – Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP & PA) DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Ratna Juwita sangat prihatin dengan kejadian pembunuhan balita inisial APA (6) tahun oleh seorang Remaja (NF) berumur 15 tahun.
“Saya berharap kejadian ini menyadarkan kita semua, orang tua, sekolah dan pemerintah, agar lebih peduli lagi terhadap anak-anak kita,” kata Ratna kepada Abadikini.com, Selasa (10/3/2020).
“Orang tua agar memberikan perhatian yang cukup kepada anak, perhatian bukan hanya dalam bentuk materi tapi juga kasih sayang,” sambungnya.
Tidak hanya itu, lanjut Ratna, untuk menjadi orang tua haruslah meng-up grade diri, belajar dengan bertanya, membaca buku, jika perlu mengikuti pelatihan pelatihan parenting, agar tau bagaimana cara memberikan kasih sayang yang baik dan benar kepada anak.
Menurutnya, kesalahan dalam memberikan kasih sayang kepada anak bisa berakibat buruk bagi perkembangan jiwa anak.
“Sekolah juga harus lebih peduli dan peka terhadap kondisi anak,” tegasnya.
Lebih lanjut Ratna mengatakan, anak-anak yang memiliki persoalan di rumah haruslah merasa nyaman di sekolah, jangan sampai sekolah justru menjadi tempat yang menakutkan bagi anak tertentu. “Sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua anak,” ujarnya.
Namun, masih sering terjadi tindakan perundungan atau bullying di sekolah dan kadang terjadi justeru terhadap anak-anak yang dirumah juga merasa tertekan dan bermasalah.
Ratna tegaskan, hal ini benar-benar harus menjadi perhatian semua guru, terutama guru BK.
“Guru BK hendaknya bisa menjadi tempat curhat anak-anak yang paling nyaman, jadi tidak semata-mata persoalan akademik, beri ruang anak untuk bisa mengungkapkan apapun secara terbuka dan nyaman,” ungkapnya.
Dengan begitu, menurutnya, jika ada satu masalah muncul, akan cepat terdeteksi dan bisa segera diatasi atau dicari solusinya.
Ratna mendesak pemerintah hendaknya dapat dengan tegas melakukan pemblokiran situs-situs yang mengandung pornografi dan kekerasan.
“Karena hal ini sangat mudah diakses oleh anak-anak kita. Begitu juga dengan Lembaga Sensor Film (LSF) sebagai sebuah lembaga yang bertugas menetapkan status edar film bioskop, film televisi, sinetron, acara televisi dan iklan di Indonesia.” ucapnya.
Ratna menghimbau kepada LSF agar lebih selektif dalam menentukan tayangan apa yang boleh diedarkan dan mana yang tidak boleh.
“Kita minta LSF tidak mengeluarkan izin tayangan-tayangan yang mengandung unsur-unsur pornografi dan kekerasan. Ayo sayangi anak-anak kita, merekalah generasi penerus Bangsa. Mari kita lebih peduli,” pungkasnya.