Ditinggalkan Sekutunya, Rusia, Turki dan Iran Sepakat Akhiri Rezim Bashar Al-Assad di Suriah
Abadikini.com, JAKARTA – Rusia menilai rezim yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al-Assad di Suriah sudah berjalan tidak efektif sekaligus memberikan dampak buruk bagi politik luar negeri Rusia.
Kantor berita Rusia, TASS menyatakan, “Rusia memperkirakan Assad tidak hanya tak bisa memimpin negara itu lagi, tapi juga kepala rezim Suriah itu menyeret Moskow menuju skenario Afghanistan, yang sangat tidak diharapkan Rusia.”
TASS juga menjelaskan, “Iran yang menderita akibat sanksi Amerika Serikat (AS), tidak tertarik mencapai stabilitas di seluruh kawasan, karena mempertimbangkan pertarungannya dengan Washington.”
TASS mempertimbangkan, meski Moskow siap menggunakan Assad untuk negosiasi kesepakatna yang menjamin kepentingannya, ini mengorbankan rakyat Suriah untuk menjamin Assad tetap berkuasa.
Menurut TASS, Assad tak bisa menolak permintaan Rusia, sehingga Assad membuat mereka mendengar apa yang mereka ingin dengar, tapi pada akhirnya, Assad menerapkan permintaan Iran.
TASS menekankan, Moskow bekerja dalam berbagai skenario termasuk kehadiran pasukan di Suriah menerima semua pengaruh. Hasilnya, Suriah akan tetap terbelah dalam wilayah yang dilindungi Iran dan Rusia, wilayah oposisi didukung Turki dan Eufrat Timur didukung AS dan SDF.
Selain itu, Turki dan Iran juga memiliki pandangan yang sama dengan Rusia. Hal ini diketahui dari Dewan Urusan Internasional Rusia (RIAC).
Menurut laporan RIAC, tiga negara itu juga akan menciptakan gencatan senjata untuk membentuk pemerintahan transisi yang didalamnya termasuk oposisi, anggota rezim dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Survei itu mengirim pesan politik sangat jelas bahwa rakyat Suriah tidak ingin Assad tetap menjadi presiden.
“Sejak awal intervensi militer di Suriah, Moskow berupaya menghindari dianggap sebagai pembela Assad, berbagai negosiasi menekankan rakyat Suriah akan memutuskan apakah Assad masih atau tidak untuk tetap berkuasa,” ungkap laporan itu, dilansir Middle East Monitor.
“Rusia menjadi lebih serius tentang membuat perubahan di Suriah, paling tidak karena melindungi Assad telah menjadi penghalang,” papar laporan RIAC.
Pasalnya, pilihan kedua mengharuskan penarikan semua pasukan asing dan persatuan negara setelah mencapai transformasi politik sesuai Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2254.
Turki sejak lama menyerukan Assad disingkirkan sebagai syarat awal mengakhiri operasi militernya di Suriah.