Kisah Mistis Pengubur Jenazah saat Pandemi COVID-19
Abadikini.com, JAKARTA – Septiadi Pitianta alias Adi (33) adalah salah satu relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabuapten Sleman. Adi bersama 29 teman lainya bertugas menguburkan jenazah saat pandemi virus Corona (COVID-19).
Menurut Adi, di PMI ada nama khusus untuk tim yang bertugas memakamkan jenazah COVID-19. Tim khusus itu dinamakan mereka adalah, Tim Pendak Bengi Sobo Makam (tim tiap malam mengunjungi makam) atau TPBSM, sebab, setiap kali melakukan pemakaman jenazah kebanyakan dilakukan pada saat malam hari.
“Biasa memakamkan jenazah dilakukan pukul 02.00 WIB. Terkadang selesai pemakaman bisa pukul 03.40 WIB hingga pukul 06.00 WIB,” kata Adi kepadawa wartawan saat dihubungi, Sabtu (9/5/2020).
Ayah tiga anak itu menceritakan kalau selama ini jenazah yang sudah di kubur oleh mereka itu belum tentu semuanya terpapar COVID-19. Dikatakanya, selama menjadi bagian dari Satuan Tugas COVID-19 PMI Sleman, dia rekan-rekanya sudah 12 kali memakamkan jenazah diduga COVID-19.
“Ada 12 jenazah yang sudah kami makamkan, 11 di antaranya dilakukan saat malam hari,” imbuhnya.
Menjadi petugas pemakaman jenazah, kata Adi, kerap kali berhadapan dengan hal-hal di luar nalar manusia. Adi mengaku saat mengantarkan jenazah sempat diajak berkomunikasi oleh jenazah.
Dia mengkisahkan, kejadian mistis itu bermula ketika memakamkan di TPU wilayah Kalasan pada bulan April 2020 lalu. Biasanya, kata dia, timnya mengantar jenazah menggunakan dua mobil. Pertama ambulans untuk personil dan mobil ambulans kedua untuk jenazah.
Namun terang Adi, saat mengantarkan jenazah itu tim nya menggunakan dua mobil ambulans untuk jenazah. Nah tiga orang yang berada di salah satu mobil itu merasa sedih. “Ternyata ada makhluk yang mencoba untuk berinteraksi dan mengucapkan terima kasih kepada mereka karena sudah merawat, hingga memakamkan mereka di tempat terakhir,” kisahnya.
Menurut Adi, kejadian itu juga dialami oleh rekan-rekan lainya yang berada dalam ambulans yang sama. Selain mendengar ucapan terima kasih, mereka juga melihat sosok yang mirip dengan jenazah itu.
“Jelas sedikit shock karena ditampakkan wajah jenazah. Tapi proses pemakaman di TPU Kalasan berjalan lancar, meski beberapa relawan masih terkejut,” ungkapnya.
Adi menyampaikan, sudah menjadi sebuah kebiasaan yang harus dilakukan oleh mereka sebelum proses pemakaman. Yakni harus memberitahu perangkat desa atau tetua setempat jika akan ada pemulasaraan jenazah dengan protokol COVID-19.
“Sebelum memakamkan saya bersama teman harus bertemu dengan pemangku wilayah untuk memberitahu bahwa ada pemakaman jenazah di TPU setempat. Biasanya jam 22.00 malam saya sudah datang ke makam. Bayangkan saja waktu malam seperti itu kami masuk ke dalam lingkungan makam,” ungkapnya.
Selain itu, ada kebiasaan lain yang wajib dilakukan juga, yakni mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam lingkungan pemakaman.
“Jadi kami tetap istilahnya kula nuwun (permisi) sebelum masuk dan berdoa juga setelah selesai pemakaman. Kami mencoba menghormati yang ada di makam tersebut,” tutupnya.