Korea Utara Dikabar Punya Rudal Balistik Antarbenua Baru, Bisa Jangkau Amerika?
Abadikini.com, SEOUL – Dalam laporan media Korea Utara (Korut) pada 1 Januari silam, pemimpin negara itu Kim Jong-un menyatakan ia akan segera memberikan debut pada “senjata strategis baru.” Pernyataan ini menambah kekhawatiran terkait kebijakan luar negeri Presiden Donald Trump dalam tahun pemilu.
Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) mengutip citra satelit komersial menunjukkan fasilitas dan struktur bawah tanah dekat Bandara Pyongyang memiliki kapasitas terbesar untuk mengakomodasi rudal balistik antarbenua Korut. Rudal ini diyakini para ahli mampu menyerang wilayah manapun di AS.
Menurut laporan CSIS yang diterbitkan pada hari Selasa waktu setempat, fasilitas ini telah dibangun sejak 2016 dan mencakup sejumlah fitur penting, termasuk terminal kereta api tertutup yang luar biasa besar. Ada juga bangunan yang dihubungkan oleh akses drive-through. Fasilitas ini juga relatif dekat dengan pabrik komponen rudal balistik di daerah Pyongyang.
Laporan terbaru ini muncul setelah lembaga think tank yang berbasis di Washington melaporkan Korut memiliki fasilitas baru terkait program rudal balistiknya di dekat Bandara Internasional Pyongyang.
Korut telah menyelesaikan pembuatan rudal balistik antar benua (ICBM) baru. Begitu laporkan surat kabar Korea Selatan (Korsel) Dong-A Ilbo.
“Otoritas AS telah mendeteksi perakitan dan penyelesaian ICBM di pabrik mobil di provinsi Pyongan Selatan, tempat Korea Utara meluncurkan rudal balistik pada 2017,” surat kabar itu melaporkan, mengutip pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) yang identitasnya tidak ingin diketahui.
“Mereka juga mengamati keberadaan alat pengangkut peluncur,” tulis surat kabar itu lagi seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (9/5/2020).
Pejabat itu mengatakan kepada surat kabar itu bahwa AS mengawasi perkembangan masa depan, dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan seperti uji coba ICBM, atau parade militer sebagai unjuk kekuatan.
Menurut surat kabar itu Pyongyang dapat melakukan aksi provokasi sebelum Juli.