Pemanasan Global akan Buat Ekosistem Dunia Hancur pada Tahun 2030
Abadikini.com, JAKARTA – Isu pemanasan global memang sedang gencar-gencarnya dibicarakan dalam beberapa dekade terakhir.
Seperti yang sudah diketahui, perubahan iklim yang signifikan seperti ini sangat berdampak bagi kehidupan di planet ini. Cuaca akan menjadi tidak menentu dan bencana akan lebih sering terjadi.
Terkait hal itu, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pemanasan global akan membuat ekosistem dunia hancur pada tahun 2030 mendatang.
Selain itu, para ilmuwan memprediksi bahwa pemanasan global bisa saja menyebabkan musnahnya keanekaragaman hayati di seluruh dunia apabila emisi gas rumah kaca tidak ditangani dengan serius.
Menurut para imuwan, dengan jumlah emisi karbon dari aktivitas manusia saat ini, suhu Bumi diperkirakan akan naik 4 derajat celcius pada tahun 2100.
Peneliti dari Inggris, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan mempelajari lebih dari 150 tahun data iklim, dan melakukan referensi silang terkait penyebaran 30 ribu spesies ikan, burung, mamalia, dan reptil.
Setelah itu, mereka membagi kawasan dunia dengan rentang 100 kilometer persegi dan membuat model tren suhu sekaligus efeknya pada kehidupan satwa di kawasan-kawasan tersebut.
Berdasarkan jurnal Nature yang dilansir dari National Geographic Indonesia, Rabu (07/07/2021), emisi yang ada saat ini berpotensi menimbulkan bencana bagi populasi spesies di Bumi.
Para ilmuwan menyimpulkan bahwa sekitar 73% spesies akan terdampak akibat pemanasan global yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Peneliti University College London’s Centre for Biodiversity and Environment, Alex Pigot mengatakan adanya kecenderungan hancurnya populasi hewan begitu mereka melintasi garis lintang suhu.
“Ketika kami melewati ambang ini, kami memperkirakan peningkatan risiko kepunahan secara substansial,” ujar Pigot.
Para ilmuwan memprediksi bahwa pemanasan global yang belum pernah terjadi ini akan dimulai sebelum tahun 2030, dan itu akan terjadi di samudra kawasan tropis.
Hal ini didukung dengan munculnya fenomena terbaru, di mana banyaknya terumbu di Great Barrier Reef yang mati.
Lebih lanjut, Pigot bersama rekannya yang lain memperikarakan bahwa hal serupa juga akan terjadi di wilayah sekitar garis lintang khatulistiwa pada tahun 2050.
Di satu sisi, bumi telah mengalami peningkatan pemanasan 1 derajat celsius sejak Revolusi Industri dan emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil terus naik statistiknya setiap tahun.
“Ketika kita mendekati 2 derajat celsius dari pemanasan global, ada peningkatan yang menghawatirkan dalam risiko musnahnya keanegaragaman hayati yang mendadak,” kata Pigot.
“Hal tersebut bisa dijadikan bukti yang kuat bahwa sangat diperlukan upaya untuk menahan pemanasan global di bawah 2 derajat celsius,” pungkasnya.
Sementara itu, riset PBB memperkirakan jika pemanasan global mencapai 1,5 derajat celsius, maka bencana berupa panas ekstrem, kekeringan, dan banjir akan mengancam ratusan juta nyawa manusia.