KH Mahrus Amin, Pesantern dan PBB

BARU SAJA Partai Bulan Bintang (PBB) kehilangan KH. Muqaddas Murtadla, Ketua Majlis Syuro, dan Dr. Asep Jayanegara, mantan pengurus DPP, kini kembali salah sorang tokohnya, KH. Mahrus Amin, meninggal dunia. Memang tidak seperti Kyai Muqaddas, sejak awal hingga jelang wafatnya masih aktif di PBB. Kyai Mahrus aktif sejak Prof. Yusril Ihza Mahendra menjadi ketua umum pertama, lalu tidak aktif saat Prof Yusril menjadi Ketua Umum PBB, hasil Muktamar IV Bogor. Setelah itu namanya tak ada lagi dalam kepengurusan, hingga wafatnya. Tampaknya ia kembali menekuni pondoknya, yang telah tersebar di berbagai daerah.

Kyai Mahrus awalnya dikenal sebagai pengasuh Pesantren Darun Najah Ulujami, Jakarta Selatan. Sebagai alumni Pondok Modern Gontor, ia pun mengembangkan pesantrennya dengan sistem yang sama. Pesantrennya di Ulujami ini, lahannya dari mertua, pada tahun 1970-an masih kosong dan sepi. Bangunan pesantren pun masih sederhana. Jumlah santrinya juga masih terbatas. Belum dikenal secara luas dalam masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Namun dalam perkembangannya, pesantrennya semakin maju. Bangunannya kemudian bertingkat. Santrinya sudah ribuan. Lahan sebelumnya kosong, kini sudah berubah, makin banyak bangunan gedung, yang diperlukan untuk aktifitas pesantrennya.

Pertama kali mengenal Kyai Mahrus, saat ia datang ke Dewan Da’wah. Waktu itu penulis masih beraktifitas di kantornya, Jl. Kramat Raya 45, Jakarta Pusat. Ia biasa bertemu dengan M. Natsir. Ketua Umum Dewan Da’wah Pusat. Karena biasa ke Dewan Da’wah, tentu saja ia semakin mengenal dirinya. Karena dalam beberapa kali pertemuan dengannya, kami biasa berbincang bincang. Dengan pesantrennya yang di Ulujami justru lebih dahulu mengenalnya saat masih sepi dan belum banyak santrinya. Bahkan setelah memiliki cabang cabang di beberapa daerah, baik dari cerita beliau sendiri, maupun datang melihat langsung dan singgah di pesantrennya dalam beberapa kali.