Sejarah Soekarno Diculik, Dibawa ke Rumah Etnis Tionghoa di Rengasdengklok
Abadikini.com – Agustus merupakan bulan yang sangat penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Republik Indonesia meraih kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Sehari jelang kemerdekaan, tepatnya pada 16 Agustus 1945, ada satu peristiwa penting yang melibatkan tokoh pendiri bangsa Indonesia.
Peristiwa itu dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok. Ini merupakan peristiwa penculikan terhadap Soekarno dan Hatta
Kedua tokoh bangsa ini diculik oleh golongan muda yang menginginkan agar kemerdekaan Indonesia segera diumumkan.
Golongan muda itu antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan ‘Menteng 31’.
Pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta diculik dan dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Di sana, para pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Soekarno dan Hatta Nginap di Rumah Etnis Tionghoa
Saat penculikan, Soekarno dan Hatta diinapkan di rumah etnis Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong di Dusun Bojong, Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Djiaw Kie Siong adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa. Ia merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan yang kelak menjadi “Bapak Bangsa”. Hingga kini rumahnya masih dihuni oleh keturunannya.
Babah (sebutan untuk laki-laki Tionghoa) Djiaw pernah berwasiat, keluarga yang menempati rumah bersejarah itu harus bersabar.
Djiaw melarang keturunannnya merengek minta-minta sesuatu kepada pihak mana pun. Bahkan, harus rela setiap hari menunggui rumah mereka demi memberi pelayanan terbaik kepada para tamu yang ingin mengetahui sejarah perjuangan bangsa.
Djiaw lahir di Pisangsambo, Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat pada tahun 1880. Ia meninggal dunia pada 1964.
Namanya praktis hampir tidak dikenal ataupun tercatat dalam sejarah.
Mayjen Ibrahim Adjie pada saat masih menjabat sebagai Pangdam Siliwangi, pernah memberikan penghargaan kepada Djiaw dalam bentuk selembar piagam nomor 08/TP/DS/tahun 1961.
Proklamasi Kemerdekaan RI
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong itu.
Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah itu. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan merdeka.
Ketika naskah proklamasi akan dibacakan, tiba-tiba pada Kamis sore datanglah Ahmad Subardjo.
Ia mengundang Bung Karno dkk berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945di lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56.
Dipilih rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga.
Untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong.
Bendera Merah Putih pun sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta.
Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur.
Achmad Soebardjo lalu mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di Lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur No 56.
Akhirnya, dipilihlah rumah Bung Karno karena di Lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang “dipinjam”.