KH Jeje Zaenudin Sebut Persaudaraan Lahir dari Kesamaan Hati yang Terbangun
Sebagaimana Al-Qur’an sendiri ketika berbicara tentang ukhuwah terdiri dalam banyak marhalah (tingkatan). Maka seorang muslim dimanapun dia berada, diakui atau tidak, saling menolong atau tidak bahkan sampai saling memerangi sekalipun, dia merupakan saudara dengan muslim lainnya, seperti Allah katakan dalam surat al-Hujurat: ‘Innamal mu’minuuna ikhwatun.’
“Menariknya, Al-Qur’an menegaskan persaudaraan kaum muslimin diikuti dengan ‘fa aslihu bayna akhowaykum‘, ini artinya persaudaraan tidak lepas dengan perselisihan dan meskipun berselisih, tetap dalam koridor saudara. Karena itulah, ukhuwah sebagai nilai normatif tidak akan pernah terputus selama dia menjadi mukmin,” katanya.
Menurut pendiri Pesantren An-Nahla Al-Islamiy ini, ukhuwah sering tercederai pada tataran praktis dan implementasi, yaitu dengan dilanggarnya hak-hak dan kewajiban bersaudara. Padahal Rasulullah mengingatkan bahwa muslim yang satu dengan muslim lainnya bersaudara; tidak boleh ada kezaliman dan membiarkan saudaranya terdzalimi.
“Nah, dalam tataran praktis inilah persaudaraan kita dirusak. Maka ketika Rasulullah menyatakan muslim yang satu dengan muslim lainnya bersaudara, selanjutnya adalah contoh-contoh praktis yang wajib diwujudkan dalam persaudaraan, kemudian bagaimana kita rela membantu untuk kepentingan saudara yang sedang membutuhkan, dengan harapan Allah meringankan beban kita pada hari kiamat,” ujarnya.
“Selanjutnya bagaimana kita rela untuk menutupi aib-aib dan kekurangan saudara muslim lain. Bukan disebarkan, di-ghibah, apalagi dibumbui dengan hoaks dan fitnah,” imbuhnya.