Mempertahankan Aceh Dalam Pangkuan NKRI
Jika arahnya memang berusaha menguasai uranium di sana, di samping geostrategis wilayah secara politik, ekonomi dan pertahanan, maka skenario jahat apapun akan dilakukan. Melalui konflik bersaudara yang akan memperlemah sistem pertahanan lokal, hal ini mempermudah cara menguasai wilayah. Dan langkah terencana dan sistimatis ini akan mudah terwujud jika Pusat mau diajak “damai”. Persekongkolan inilah yang harus kita waspadai.
Berlebihankah membaca peta kemungkinan persekongkolan itu? Tidak. Dalam era globalisme, persekongkolan bagian dari ritme politik praktis antar kepala negara. Meski, persekongkolan itu jelas-jelas merupakan pengkhianatan dan kejahatan besar terhadap negara, namun ketika ia berkuasa, persekongkolan tingkat tinggi itu akan dinilai sebagai sesuatu yang absah. Bahkan, siapapun yang berseberangan dengan kepentingan rezim akan dilihat sebagai lawan politik yang harus dilumpuhkan. Ironis memang. Tapi, itulah kekuasaan mobokratif, yang mengedepankan “laras” ketika warga negara berbeda dan mengkritisinya.
Di sanalah, seluruh komponen bangsa ini, sebagai warga dan daerah Aceh, keluarga besar TNI-Polri sudah selayaknya harus terpanggil manakala terlihat gejala persekongkolan jahat itu. Persekongkolan harus dilihat sebagai cara taktis menggerogoti territorial wilayah. Karena itu manakala rezim memperlihatkan sinyal ketidaksetujuan perpanjangan Otsus Aceh, hal ini bisa dijadikan pintu masuk kecurigaan awal dalam menatap peta politik ke depan terkait Aceh itu.
Sebagai kader Partai Negeri Daulat Indonesia (PANDAI) yang tetap committed untuk NKRI, maka sikap politiknya jelas: pertahankan Aceh dengan cara memperpanjang Otsus wilayah Aceh. Harus kita catat bersama, kedaulatan negara yang bersumbu pada masing-masing wilayah atau daerah, tak boleh ditawar. Manakala ada sinyal yang menggerogoti kedaulatan wilayah, maka sudah selayaknya kita bahu-membahu untuk sebuah misi utama: keutuhan NKRI, apapun risiko yang harus dihadapi.
Penulis Farhat Abbas Ketua Umum Partai Negeri Daulat Indonesia (PANDAI).