Benny K Harman Duga Yusril Membela Invisible Power
Lalu apa kepentingan politik dari kekuatan tersembunyi itu?.
“Kepentingan mereka ialah menyingkirkan Partai Demokrat dan ketua umumnya AHY dari kontestasi politik menjelang hajatan politik nasional di tahun 2024 nanti. Partai Demokrat dan AHY oleh kekuatan ini dianggap sebagai batu sandungan atau penghalang utama untuk mewujudkan skenario gelap mereka, karena itu harus diganggu, disingkirkan atau diambilalih jika tidak mau bekerja sama dalam skema politik yang mereka desain,” kata Benny.
Benny mengatakan kekuatan-kekuatan tersembunyi tersebut tentu sangat bervariasi. Namun, Benny ingin menegaskan langkah Yusril membela empat orang eks kader PD itu tidak terjadi dalam ruang hampa politik.
“Tidak datang begitu saja. Ini adalah titik kulminasi dari berbagai langkah dan proses yang telah berjalan selama ini. Jelas ini bukan perkara biasa, bukan juga soal hukum semata. Di balik hukum itu ada maksud untuk memperlemah atau menyingkirkan musuh potensial, seperti Adolf Hitler yang selalu kampanyekan mendukung negara hukum, tapi hukum yang diperalat untuk mengabsahkan langkah-langkahnya yang jauh dari makna hukum yang sebenarnya,” ujar Benny.
Benny sulit memahami langkah dari tokoh sekelas Yusril Ihza Mahendra, tampil sebagai pengacara membela kepentingan empat eks ketua DPC PD.
“Apakah perjuangannya murni untuk membela demokrasi dan menegakkan keadilan hukum seperti yang diklaimnya? Sekilas Yusril memang hanya bertindak mewakili empat orang eks Ketua DPC Partai Demokrat yang telah memberi kuasa hukum kepadanya untuk mengajukan gugatan AD/ART Partai Demokrat ke MA. Namun, jika ditelusuri lebih dalam keempat orang itu sebenarnya tidak memiliki kepentingan langsung dengan adanya sejumlah norma dalam AD/ART Partai Demokrat yang mereka klaim bertentangan dengan UU Parpol dan UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,” kata Benny.
Benny pun menyebut, ” Klaim moral yang juga digunakan Yusril untuk membenarkan langkah sesatnya menggugat keabsahan keputusan Kongres V PD seperti untuk memajukan demokrasi dan mendorong demokratisasi internal Parpol juga kehilangan dasar pijakannya bahkan menerapkan standar ganda karena pada saat yang bersamaan partai yang dia sendiri pimpin malah tidak mempraktikkan nilai-nilai demokrasi yang hendak dia perjuangkan melalui perkara ini.”