Juru Bicara Yusril, Jurhum Lantong: Bung Benny Jangan Mengaburkan Persoalan

Abadikini.com, JAKARTA - Juru bicara Yusril Ihza Mahendra, Jurhum Lantong menyayangkan pernyataan Waketum Partai Demokrat Benny K. Harman yang menyamakan pemikiran Yusril seperti Adolf Hitler, tokoh Partai Nazi di masa perang dunia kedua yang dikutuk karena tindakan totaliter dan fasis yang telah melakukan pembantaian massal selama berkuasa. Menurut Jurhum, tudingan itu dinilai keterlaluan dan tanpa dasar. Benny mengibaratkan Yusril seolah ingin memaksakan kehendak negara untuk mengatur urusan sipil, yang disebutnya sebagai totaliter. Padahal, kata Jurhum, posisi Yusril bukanlah penguasa, apalagi punya ide untuk merepresi atau memberangus partai. ”Dengan judicial review justru Yusril ingin menyelaraskan agar partai tak bertindak totaliter, oligarkis dan represif. Tentu beda dengan mantan pemilik Partai Nazi Adolf Hitler yang telah berkuasa dan penuh noda hitam sejarah,” kata Jurhum dalam keterangan tertulisnya. Dia menilai, pemahaman Benny soal totalitarianisme sangat kabur dan keliru, karena pikirannya mengidap power sindrom dan panik menghadapi judicial review. Kata Jurhum, Benny seolah melihat posisi Yusril sebagai penguasa diktator, yang ingin memaksakan kehendak. Padahal Yusril hanya pengacara yang diberi kuasa bukan penguasa yang tengah menjalankan pemerintahan. Padahal Yusril justru membela keempat kader yang hak-haknya merasa terampas oleh kediktatoran elit Partai Demokrat yang menggunakan instrumen mekanisme partai. Yusril justru membela keempat anggota eks PD yang hak-hak politiknya terampas oleh dominannya kuasa elit Demokrat yang diduga hendak melindungi kepentingan oligarki. ”Bagaimana dikatakan diktator? Yusril justru menempuh cara-cara dan prosedural, sesuai tata kelola hukum yang sesuai titah demokrasi, bukan cara-cara represif. Lalu di mana letak totaliternya?,” tanya Jurhum. Benny K. Harman sepertinya belum pernah membaca secara jeli bagaimana asal usul totalitariannisme sebagaimana banyak ditulis oleh para pemikir. Benny lupa bahwa tindakan totaliter Hitler justru bermula dari Partai Nazi yang semena-mena dan memaksakan aturan atau ideologi mereka. Hingga menjelma ke totalitarianisme dalam bentuk negara. ”Saya sarankan Bung Benny yang punya latar belakang pendidikan hukum jangan mengaburkan persoalan. Totalitarianisme negara itu justru seringkali terlahir dan dimulai dari kelompok atau institusi partai yang anti kritik, anti gugatan, seperti Nazime yang kemudian menjelma menjadi penguasa lalu bertindak fasis,” tegasnya. Menurutnya, pernyataan Benny lah yang mengindikasikan ke pemikiran yang totaliter dan represif karena anti kritik dan gugatan pihak lain. Setiap kali ada yang berbeda diberangus dengan label negatif, label pejoratif, dan tuduhan lain. Jangan-jangan nanti Yusril juga dituduh PKI. Benny dan kawan-kawan Partau Demokrat yang panik memang kerap salah menyematkan lebel yang tak punya landasan pikiran kokoh, sehingga pemahamannya kabur. Indikasi itu banyak dilakukan elit PD, termasuk junjungannya SBY dalam melabeli lawan politik. ”Jadi hemat saya, jangan karena Anda loyal ke SBY, sikap intelektual Anda juga digadai murah meriah dengan menuduh orang secara serampangan. Seolah Anda memahami totalitarianisme baik secara filosofis maupun ideologis. Sayangnya Bung Benny tak paham, karena lama tak pernah membaca, karena duduk di kursi empu kekuasaan partai,” tegasnya.