Masih Muda, Remaja Ini Heran Tiba-tiba Payudaranya Keluarkan ASI
Abadikini.com, JAKARTA – Remaja di Inggris, bernama Jessica Buck (18) pada tahun 2011 heran payudaranya mengeluarkan ASI. Dia mengira akan hamil dan memiliki anak.
Rupanya payudara mengeluarkan ASI salah satu gejala tumor otak.
Tapi ternyata, air susu ibu yang bocor yang dia temukan berasal dari tubuhnya sendiri ternyata menandakan kenyataan yang jauh lebih mengerikan.
Onset laktasinya yang tiba-tiba, pada kenyataannya, bukanlah akibat dari hubungan seks tanpa kondom, tetapi lebih merupakan salah satu dari banyak gejala tumor otak yang baru saja dia alami.
Wanita Inggris yang sekarang berusia 24 tahun itu, bercerita soal pengalamannya.
“Saya harus memasukkan tisu ke dalam bra saya. Saya bekerja paruh waktu sebagai asisten ritel dan terus pergi ke kamar mandi, menyadari bahwa bra saya basah,” tuturnya.
“Ada cairan putih susu yang keluar dari payudara saya. Saya pikir itu kondisi yang terjadi pada ibu hamil,” sambungnya.
Setelah menjalani beberapa tes, MRI mengungkapkan ada tumor seukuran kacang polong, untungnya non-kanker di kelenjar pituitarinya.
Kelenjar pituitari sering disebut sebagai “kelenjar utama” tubuh kita, “karena hormonnya mengontrol bagian lain dari sistem endokrin, yaitu kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium, dan testis.”
Menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional AS menjelaskan,
“Kelenjar pituitari mengontrol fungsi tubuh yang penting dan sistem hormonal. Ini adalah tonjolan di dasar otak dan seukuran kacang polong yang terlindung dengan baik di rongga kecil tulang tengkorak, sejajar dengan hidung, dan di tengah kepala,” tutur pihak Kedokteran Nasional AS.
Kelenjar pituitari juga menghasilkan serangkaian hormon yang mengontrol sebagian besar kelenjar hormon lain dalam tubuh atau memiliki efek langsung pada organ tertentu.
Tumor yang dialami Jessica memberi sinyal pada tubuhnya untuk memproduksi hormon yang disebut prolaktin secara berlebihan, yang bertanggung jawab untuk produksi susu di payudara wanita setelah melahirkan.
Setelah didiagnosis, Jessica diberi pilihan untuk menjalani operasi pengangkatan tumor atau minum obat untuk mengurangi ukuran pertumbuhan dan mengendalikan gejala, yang juga termasuk kelelahan, pusing, dan sakit kepala.
Dia memilih untuk mencoba pengobatan dan mulai mengonsumsi Cabergoline, yang menghalangi sekresi prolaktin dari kelenjar pituitari dan, dengan cepat, gejalanya menjadi lebih terkontrol.
Dia mencoba menghentikan intervensi obat pada tahun 2015, tetapi setelah gejalanya kembali dan tumor mulai tumbuh lagi, dia memulai kembali rejimennya.
Dia memang memiliki kekhawatiran yang berkelanjutan untuk kesuburannya di masa depan.
“Saya diberitahu bahwa prolaktinoma dapat menyebabkan masalah kesuburan. Saya masih sangat muda ketika saya didiagnosis bahwa bayi tidak akan ada di rahim saya, tetapi saya selalu ingin menjadi seorang ibu,” ucap remaja tersebut.
Ada beberapa jenis tumor otak, baik kanker maupun non-kanker, yang harus diwaspadai.
Beberapa tanda dan gejala yang paling umum diantaranya:
– Sakit kepala (biasanya lebih buruk di pagi hari)
– Mual dan muntah
– Perubahan dalam bicara, penglihatan, atau pendengaran
– Masalah keseimbangan atau berjalan
– Perubahan suasana hati, kepribadian, atau kemampuan untuk berkonsentrasiMasalah dengan memori
– Otot menyentak atau berkedut (kejang atau kejang)
– Mati rasa atau kesemutan di lengan atau kaki. (*)