Pakar Sebut Akan Ada Lebih Banyak Erupsi dan Tsunami yang Terjadi Setelah Tonga
Abadikini.com, JAKARTA – Letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai telah menciptakan gelombang besar yang membuat tsunami di beberapa pulau Pasifik Selatan.
Dari Jepang, Selandia Baru, hingga Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan tsunami secara massal. Perintah evakuasi juga dikeluarkan di banyak wilayah.
Terlepas dari itu, ilmuwan dari Universitas Newcastle, Hannah Power, mengatakan bukti geologis dari letusan besar menunjukkan bahwa peristiwa tersebut tidak biasanya hanya sekali dan sering kali datang dalam beberapa kali lipat.
“Gelombang tsunami datang berkelompok,” jelasnya, seperti dikutip WA Today via RMOL.
Ia mengatakan, letusan lain kemungkinan akan terjadi dalam beberapa hari, minggu, atau bahkan tahun mendatang.
“Seringkali gelombang pertama bukan yang terbesar, sehingga orang tidak bisa berpuas diri,” tambahnya.
“Terakhir kali kami melihat gelombang tsunami sebesar ini menghantam pantai timur Australia adalah pada tahun 1960. Gelombang tsunami yang kami lihat di sini tingginya sekitar satu meter, dan semua orang berpikir ‘baiklah saya berselancar atau berenang di sana’, tapi di garis pantai gelombang tiba setiap 10 detik. Tsunami berbeda datang setiap 10 hingga 30 menit,” jelasnya.
Power menjelaskan, arus air yang kuat dan tidak biasa didorong ke hulu di muara, dan kemudian ditarik kembali ke hilir, bahkan hingga sejauh 8.000 kilometer. Hal itu yang membuat kerusakan signifikan dari peristiwa tersebut.
Tonga sendiri berada di cincin api Pasifik. Palung Tonga-Kermadec adalah bagian dunia yang sangat aktif di mana dua lempeng tektonik bertemu. Ini adalah daerah yang rentan sehingga satu peristiwa bisa berarti berbulan-bulan atau bertahun-tahun lebih banyak aktivitas yang akan datang.
Sejauh ini belum ada laporan resmi terkait korban cedera atau meninggal akibat peristiwa ini Tonga mengingat jaringan komunikasi dan listrik yang terputus akibat erupsi dan tsunami.