Inggris Akan Bangun PLTS di Ruang Angkasa pada 2023
Abadikini.com, JAKARTA – Inggris dikabarkan akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di luar angkasa pada 2035.
Untuk merealisasi mega proyek itu, tercatat lebih dari 50 perusahaan teknologi telah bergabung dengan Prakarsa Energi Luar Angkasa Inggris dalam membangun PLTS di luar angkasa. Produsen kedirgantaraan Airbus, Universitas Cambridge dan produsen satelit SSTL adalah sebagian yang bergabung dalam misi ini.
Lewat PLTS berbasis di luar angkasa diharapkan dapat memancarkan listrik dari luar angkasa, untuk membantu Inggris memenuhi nol emisi pada 2050 dengan biaya lebih efektif.
Penghentian penggunaan energi yang menghasilkan gas karbon di Inggris sejalan dengan upaya global untuk menekan perubahan iklim berdasarkan kesepakatan KTT COP 26 pada November lalu.
Ketua program inisiasi, Martin Soltau, mengatakan semua teknologi yang diperlukan untuk mengembangkan PLTS berbasis ruang angkasa sudah ada.
“Tantangannya adalah ruang lingkup dan ukuran proyek semacam itu,” kata Martin dikutip dari Space.
Inisiatif ini didasari rencana pada studi teknik ekstensif yang dilakukan konsultan Fazer-Nash dan ditugaskan oleh pemerintah Inggris tahun lalu.
“Studi ini menyimpulkan bahwa ini layak secara teknis dan tidak memerlukan terobosan dalam hukum fisika, material baru, atau teknologi komponen,” ujarnya.
Lebih lanjut Martin menyampaikan bahwa inisiatif ini telah menetapkan rencana pengembangan selama 12 tahun, nantinya melibatkan robot untuk perakitan di orbit, hingga memancarkan daya listrik dengan kapasitas gigawat dari luar angkasa pada 2035.
Dengan demikian, pembangunan PLTS berbasis ruang angkasa ini bakal dimulai pada 2023.
PLTS CASSIOPeiA itu akan dikirim ke orbit dengan 300 unit roket SpaceX Starship dan akan mengorbit 36 ribu kilometer di atas Bumi.
“Fungsi utama dari satelit mengumpulkan energi Matahari melalui cermin besar dan optik berkonsentrasi ke sel fotovoltaik, seperti yang kita lakukan di Bumi,” kata Martin.
Ia mengatakan perangkat PLTS nantinya menghasilkan listrik arus searah, yang diubah menjadi gelombang mikro lewat penguat daya frekuensi radio dan ditransmisikan dalam sinar gelombang mikro yang koheren ke Bumi.
Untuk menerima saluran energi dari luar angkasa, Martin menjelaskan timnya membutuhkan antena raksasa yang disebut rectenna. Antena ini akan menerima energi dari radiasi gelombang mikro yang dikirim dari luar angkasa.
Kemudian energi yang dikirim akan diubah menjadi arus listrik searah, yang digunakan untuk transmisi tegangan tinggi.
“Rectenna itu seperti jaring terbuka besar dengan antena kecil berukuran 7 kali 13 kilometer,” ujarnya dikutip dari Solar Power Portal.
CASSIOPeiA diklaim bakal menghasilkan energi 13 kali lebih banyak daripada PLTS yang ada di Bumi, meskipun dengan ukuran yang sama.
Inggris saat ini dapat memasok lebih dari 40 persen kebutuhan listrik di negaranya dengan energi terbarukan, tetapi permintaan energi bersih diprediksi akan meningkat tiga kali lipat selama tiga dekade ke depan.
Hal itu lantaran infrastruktur transportasi dan perangkat pemanas perlahan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Untuk memenuhi permintaan itu, teknologi terbarukan memberikan kontribusi besar bagi bauran energi di Inggris.
Andrew Ross Wilson, seorang peneliti teknik kedirgantaraan di Universitas Strathclyde di Skotlandia, setuju bahwa pembangkit listrik tenaga surya berbasis ruang angkasa adalah konsep realistis.
“Konsepnya sudah ada sejak tahun 1960-an. Kita perlu mencoba dan melihat daur ulang di orbit untuk menuju ekonomi yang lebih menguntungkan,” ujarnya.
Sejumlah masyarakat mungkin khawatir dengan potensi radiasi dari pancaran listrik ini. Namun menurut Ross, risiko ini bisa diabaikan.
“Anda mungkin lebih banyak menerima radiasi dari smartphone di saku, daripada berdiri di bawah salah satu balok (antena penerima energi PLTS),” kata Ross dikutip Space.