LDII Jatim Bekali Juru Dakwah dengan Moderasi Beragama
Abadikini.com, SURABAYA – DPW LDII Jawa Timur terus berupaya meningkatkan kualitas juru dakwah dalam menyiarkan agama Islam kepada masyarakat. Juru dakwah tidak hanya memiliki bekal wawasan agama namun harus diimbangi dengan wawasan kebangsaan. Melalui gagasan tersebut DPW LDII Jawa Timur menggelar Diklat Dai angkatan VII di Ponpes Sabilurrosyidin Annur, Surabaya.
Hajatan tahunan ini merupakan program kerja Biro Pendidikan Agama dan Dakwah (PAD) DPW LDII Jawa Timur dengan mengundang sejumlah narasumber. Di antaranya Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakankemenag) Jawa Timur, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Guru Besar UIN Jember, KH Achmad Siddiq, serta Pengasuh Ponpes Al-Ubaidah Kertosono.
“Diklat dai dilaksanakan secara hybrid dengan diikuti 150 peserta perwakilan dari 38 DPD LDII kabupaten/kota serta diikuti lebih dari 1.000 peserta daring yang tersebar di Jawa Timur,” beber Ketua Panitia, Didik Eko Putro dalam keterangannya, Selasa (21/6/2022).
Didik menambahkan, Diklat Dai DPW LDII Jawa Timur merupakan amanat DPP LDII agar menerapkan dakwah yang santun dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Hal tersebut selaras dengan program Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas yang memprioritaskan moderasi beragama.
“Moderasi beragama merupakan sebuah upaya menjaga toleransi dan menerima perbedaan sehingga tidak menimbulkan perselisihan,” papar Didik.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso saat sambutan pembukaan mengatakan, Diklat Dai perlu diadakan. Menurutnya, memperbaiki umat tidak cukup umat yang diperbaiki, namun dai dan ustadznya juga harus diperbaiki.
“Para dai banyak mendapat bekal dari stakeholder dari kekinian. Karena lingkungan strategis juga berubah maka semua ustadz dan dai juga harus diupgrade dengan kondisi kekinian sehingga mampu membantu pemerintah menciptakan suasana situasi yang kondusif, itu yang paling penting,” jelas KH Chriswanto.
Peserta Diklat Dai juga mendapatkan pengarahan dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Dalam pengantarnya, Khofifah mengapresiasi pelaksanaan Diklat Dai LDII. Menurutnya, kegiatan tersebut menjadi sebuah wadah untuk saling berbagi informasi, pertemuan, pemikiran dan menjadi bagian dari sinkronisasi gerakan dakwah bersama dalam merawat umat.
“Dalam memberikan mauidzah haasanah yang bisa diteladani tidaklah mudah. Proses itu banyak berlangsung di berbagai virtual, sosial media dan seterusnya. Maka sebetulnya apa yang tadi menjadi bagian dari yang dirapikan adalah digitalisasi teknologi di bidang dakwah. Ini adalah PR kita bersama,” papar Khofifah.
Menurutnya. format seperti bil hikmah, bil mauidzatil hasanah, bil mujadalah, harus diintegrasikan dalam ruh digital IT sehingga harus beradaptasi dengan percepatan perubahan IT.
“Jadi percepatan-percepatan itu harus kita bangun, lompatan-lompatan adaptasi termasuk di dalammnya adalah dalam pengelolaan organisasi dan termasuk di dalamnya adalah dakwah,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DPW LDII Jawa Timur, KH Moch Amrodji Konawi menjelaskan, peningkatan juru dakwah merupakan bagian dari 8 Klaster Program LDII. Salah satunya di bidang keagamaan.
“Namun demikian, karena kita umat Islam yang tinggal di Indonesia maka kepentingan persatuan dan kesatuan bangsa lebih utama,” tandas KH Amrodji.
KH Amrodji lebih merinci 8 Klaster Program LDII yakni kebangsaan, keagamaan, pendidikan karakter, ekonomi syariah, kesehatan alami atau herbal, ketahanan pangan dan lingkungan hidup, teknologi digital, serta energi baru terbarukan.
KH Amrodji berharap, dengan diadakannya Diklat Dai, para juru dakwah LDII bisa menerapkan ilmunya. Mereka bisa berdakwah yang santun seperti halnya yang dilakukan Rasulullah SAW sehingga mudah diterima oleh masyarakat.