SEJARAH AL-QUR’AN
Oleh Hamidah Yacoub
Abadikini.com – Qur’an adalah bacaan bentuk infinitif atau kata benda verbal dari ‘qara’a’ (membaca). Jadi, ‘qur’an’ secara bahasa berarti ‘bacaan’. Ini jelas dari ayat pertama Al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1 dan 3 yang meminta kita untuk membaca. Dalam ayat yang lain juga ditegaskan:
“Sesungguhnya kewajiban Kami untuk menghimpun dan membacakannya, maka ikutilah bacaannya.” (Al-Qiyamah 17-18).
Lalu ‘Qur’an’ berarti sebuah buku atau Kitab Mulia yang menjadi petunjuk bagi ummat manusia. Dengan demikian, ia menjadi sebuah kitab tertentu yang berbeda dari kitab-kitab yang lain sehingga diberi imbuhan “al-” pada awal katanya (yang sama dengan ‘the’ dalam bahasa Inggeris atau ‘le’ dan ‘la’ dalam bahasa Perancis). Kitab tersebut menjadi terkenal sebagai ‘Al-Kitab’ atau ‘Al-Qur’an’
“Al-Qur’an ini betul-betul menunjuki kepada yang paling lurus.” (Al-Isra 17: 9).
Dinamakan ‘Al-Qur’an’, karena ‘dibaca’ dan dinamakan ‘kitab’, karena merupakan tulisan yang dibukukan. Kedua pengertian ini menunjukkan kenyataan sebagai kitab yang dijaga melalui penghafalan dalam dada dan dijaga melalui tulisan. Penjagaan melalui hafalan dan tulisan inilah yang menjamin kelestarian Al-Qur’an sebagai kitab Allah yang diturunkan.
“Kami sesungguhnya menurunkan Peringatan (Al-Qur’an), dan Kami pulalah yang menjaganya.” (Al-Hajar 9).
Dari uraian di atas, maka para ulama memberikan defenisi;
“Al-Qur’an adalah kalam Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w., yang beribadat membacanya.” (Dr. Muhammad ‘Abdullah Daraz., An-Naba’ Al-‘Azhim (Kuwait: Dar Al-Qalam, 1977, cetakan ketiga).
Dengan manyebut kalam (ucapan) Allah, maka Al-Qur’an berbeda dari kalam manusia. Sebagai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, ia berbeda dengan kitab2 yang diturunkan kepada nabi2 yang lain. Sedangkan beribadat membacanya, membedakannya dengan Hadits Qudsi, sebagai firman Allah yang disampaikan dengan bahasa Nabi Muhammad s.a.w.
Al-Qur’an diturunkan di Makkah dan Madinah secara berangsur-angsur selama lebih urang 23 th. Ia diturunkan pertama kali di malam ‘qadar’ dalam bulan Ramadhan.
“Kami sesungguhnya menurunkannya pada malam penuh berkat. Kami sesungguhnya memberikan peringatan.” (ad-Dukhan 44:3)
“Kami sesungguhnya menurunkannya pada malam ‘qadar’.” (al-Qadr 97: 1).
Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus agar mudah dihafal dan dilaksanakan, sehingga ayat demi ayat menjadi bacaan dan pedoman hidup yang mantap bagi setiap Muslim dan Muslimah yang menerimanya. Ini ditegaskan oleh Al-Qur’an sendiri dalam suraf Al-Isra’ 106 dan surat Al-Furqan 32.
“Orang2 kafir itu mengatakan: ‘Kenapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Hal itu adalah supaya Kami dapat memantapkannya dalam hatimu dan dapat Kami bacakan sebagai bacaan.” (al-Furqan 32).
Data kuantitatif Al-Qur’an:
Jumlah surat : 114
Jumlah juz : 30
Jumlah ayat : 6226
Jumlah kata : 77845
Jumlah huruf : 330733
Sejarah Al-Qur’an dapat dilihat sebagai berikut:
Kronologi Teks Tertulis Al-Qur’an:
Sekitar tahun 610 M.
Kerasulan Muhammad s.a.w.
Wahyu pertama turun di gua Hira.
Disampaikan secara lisan, dan kemudian dalam bentuk tulisan.
Tahun 610-632 M.
Muhammad s.a.w. di Makkah dan Madinah.
Wahyu berlanjut turun dalam berbagai kesempatan.
Disampaikan secara lisan, dihafal oleh beberapa orang sahabat di bawah petunjuk langsung dari Rasul.
Tahun 632 M.
Rasul wafat.
Wahyu terakhir turun beberapa hari sebelum beliau wafat.
Saat Rasul wafat, wahyu sudah terhimpun secara lengkap.
Rasul mewariskan Al-Qur’an dalam bentuk hafalan dan tulisan di atas berbagai bahan.
Tahun 632-634 M.
Kekhalifahan Abu Bakar.
Tahun 633 M.
Beberapa orang sahabat yang hafal Al-Qur’an terbunuh dalam perang Yamamah.
Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk membukukan Al-Qur’an menjadi satu naskah.
Pada tahun pertama/kedua, setelah Rasul wafat, seluruh Al-Qur’an telah disalin dalam lembaran-lembaran (shuhuf).
Zaid bin Tsabit dkk, mengumpulkan seluruh Al-Qur’an dari sumber lisan dan tulisan menjadi ‘shuhuf’ dengan disaksikan dua orang saksi untuk setiap lembaran. ‘Shuhuf’ disimpan oleh Abu Bakar.
Tahun 634-644 M.
Kekhalifahan ‘Umar bin Khattab.
Shuhuf disimpan oleh ‘Umar bin Khattab.
Tahun 644-656 M.
Kekhalifahan ‘Utsman bin ‘Affan.
Shuhuf disimpan oleh Hafsah binti ‘Umar.
Tahun 653 M.
Penaklukan terhadap Armenia dan Azerbaidjan.
Perbedaan di kalangan para sahabat tentang bacaan Al-Qur’an. ‘Utsman memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit bersama tiga orang sahabat lainnya untuk memperbanyak ‘Shuhuf’ yang disimpan Hafsah…
Beberapa salinan mushhaf Al-Qur’an dibagikan ke berbagai daerah.
Zaid bin Tsabit dan tiga orang sahabat menyiapkan beberapa salinan Al-Qur’an dari ‘Shuhuf’.
Salinan-salinan ini dikirim ke berbagai daerah untuk menggantikan bahan-bahan lain yang beredar. Salah satu salinan disimpan oleh ‘Utsman (mushhaf). ‘Shuhuf’ dikembalikan lagi kepada Hafsah binti ‘Umar.
Ahmad von Denffer, ‘Ulum Al-Qur’an’ (Leicester: The Islamic Foundation, 1983/1303), hal 54-55.
Note: Ahmad von Denffer, adalah seorang berkebangsaan German, awalnya seorang Kristen. Lebih kurang 45 tahun yang lalu beliau memeluk Islam, secara serius mendalami Islam, di samping menguasai bhs German, Inggeris, Ahmad von Denffer juga menguasai bahasa Arab.
Beliau salah seorang Supervisor di Islamic Foundation Leicester, UK. Tahun 2003, Lembaga ini telah mendirikan The Markfield Institute of Higher Education, Leicester, UK.
Yang diresmikan oleh Pangeran Charles tahun 2000.
Ketika alm bang Rifyal Ka’bah, research di Islamic Foundation, tahun 1983-1985, Ahmad von Denffer sbg Supervisor beliau. Subhanallah….!, kedalaman ilmunya tentang keislaman luar biasa, sampai beliau mengoreksi terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa German yg diterjemahkan oleh orientalis. Banyak buku tentang Islam yang beliau tulis. Sekarang beliau berdomisili di Munchen, German, sebagai Pembina Islamic Centre di sana. Beberapa kali datang ke Indonesia, bertemu tokoh2 Islam, seperti Dr. M. Natsir, Dr. Anwar Haryono, Husain Umar, Rifyal Ka’bah, dan lain-lain.
Oleh: Hamidah Yacoub
Ketua Umum Muslimat Bulan Bintang