Jika Kim Jong Un Terbunuh, Nuklir Korut Bakal Diledakkan
Abadikini.com, JAKARTA – Nuklir Korea Utara (Korut) saat ini tengah menjadi perhatian Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).
Bahkan kedua negara tersebut rela merogoh uang besar untuk diberikan ke Korea Utara asal nuklirnya diserahkan.
Namun hal tersebut tampaknya tak menggoyahkan tekad presiden Korea Utara Kim Jong untuk mengakhiri penggunaan senjata nuklir di negaranya.
Sebaliknya, Korea Utara semakin gencar melakukan sejumlah uji senjata nuklir di tahun ini.
Baru-baru ini, Korea Utara membuat jaga dunia heboh.
Pasalnya, Korea Utara dibawah kepemimpinan Kim Jong Un telah mengeluarkan undang-undang (UU) yang mengatur penggunaan senjata nuklir.
Terbitnya UU ini memungkinkan negara untuk melakukan serangan nuklir preventif secara otomatis.
Hal itu terjadi apabila Kim Jong Un terbunuh dan tidak mampu menyerang musuh.
Dilansir dari Politico, undang-undang tersebut disahkan oleh parlemen berstempel Kim, disaat para petinggi dunia tengah ramai menuntut aksi denuklirisasi nuklir Korut.
Menurut Jong Un senjata nuklir mewakili martabat, tubuh, dan kekuasaan mutlak negara.
Alasan inilah yang membuat Korea Selatan enggan untuk mengakhiri penggunaan senjata nuklir yang telah membantu menjaga rezim dari ancaman musuh.
Terlebih saat ini Korut telah menyatakan statusnya sebagai negara bersenjata nuklir.
“Tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklir dan sama sekali tidak ada denuklirisasi, dan tidak ada negosiasi dan tidak ada tawar-menawar untuk berdagang dalam prosesnya,”jelas Kim, menurut media yang dikelola pemerintah Pyongyang.
Walau Pyongyang telah menegaskan bahwa pihaknya hanya akan menggunakan senjata itu apabila para musuhnya yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan mulai melakukan serangan mematikan pada Kim.
Namun munculnya UU nuklir milik Korea Utara telah memicu kekhawatiran dunia akan hadirnya bencana perang nuklir dalam skala besar.
“Cukup dapat diprediksi bahwa Korea Utara akan mengancam akan melakukan pembalasan otomatis jika Kim terbunuh,” kata Ankit Panda , seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace.