Uni Afrika Adopsi Peta Jalan untuk Akhiri Konflik di Sudan
ADDIS ABABA – Uni Afrika (UA) telah mengadopsi Peta Jalan untuk Resolusi Konflik di Sudan demi mewujudkan penghentian konflik bersenjata di salah satu negara Afrika itu.
Peta jalan tersebut diadopsi dalam pertemuan Dewan Perdamaian dan Keamanan UA yang digelar pada tingkat kepala negara dan pemerintahan, Sabtu (27/5), dengan berfokus situasi di Sudan, demikian disampaikan UA dalam komunike yang dirilis pada Minggu (28/5).
Peta jalan tersebut menggarisbawahi enam elemen yang mencakup pembentukan mekanisme koordinasi guna memastikan semua upaya para pihak regional dan global diselaraskan dan berdampak; penghentian tindak permusuhan dengan segera, secara permanen, inklusif, dan komprehensif; serta respons kemanusiaan yang efektif.
Pertemuan tingkat tinggi itu menekankan pentingnya proses perdamaian tunggal, inklusif, dan terkonsolidasi bagi Sudan, yang dikoordinasikan di bawah naungan bersama UA, Otoritas Pembangunan Antarpemerintah (Intergovernmental Authority on Development/IGAD), Liga Negara-Negara Arab, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bersama dengan para mitra yang sepemikiran.
“Dewan perdamaian dan keamanan, dengan kekhawatiran yang mendalam, mengecam keras konflik yang tidak masuk akal dan tidak dapat dibenarkan yang tengah berlangsung antara Angkatan Bersenjata Sudan (Sudanese Armed Forces/SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF), yang telah mengakibatkan situasi kemanusiaan mengerikan yang belum pernah terjadi sebelumnya, pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil tak berdosa,” sebut pernyataan itu seperti dikutip dari Xinhua via Antara, Rabu (31/5/2023).
Sudan dilanda bentrokan bersenjata mematikan antara SAF dan paramiliter RSF di Khartoum, ibu kota Sudan, dan daerah-daerah lain yang meletus sejak 15 April lalu, dengan kedua belah pihak saling tuding sebagai pemicu konflik tersebut.
Menurut Persatuan Dokter Sudan, jumlah kematian warga sipil sejak awal bentrokan telah meningkat menjadi 863 orang, dengan 3.531 orang lainnya mengalami luka-luka. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan baru-baru ini mengatakan lebih dari 1 juta orang telah mengungsi sejak pecahnya konflik itu.