Saat Caleg Gagal Alami Depresi Berat
Abadikini.com, PULANG PISAU – Direktur Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Pulang Pisau Kalimantan Tengah dr Mulyanto Budihardjo mengakui ada calon anggota legislatif (caleg) yang mengalami gejala depresi setelah gagal bersaing dalam Pemilu 2024. “Memang ada sekitar dua caleg dari kabupaten ini yang kita layani karena mengalami gejala depresi,” kata Mulyanto dilansir dari Antara Minggu (25/2/2024).
Tidak bisa dipungkiri, terang Mulyanto, caleg yang gagal tentunya sangat rentan terjadi gangguan psikologis. Persaingan yang sangat berat dari antar caleg dalam Pemilu 2024 dengan menghabiskan uang yang cukup besar untuk operasional dan sosialisasi, tentu menjadi salah satu faktor penyebab. “Caleg ini sebelumnya hanya konsultasi saja dan kita berharap tidak sampai ke arah depresi yang terus berkelanjutan,” ujarnya.
Stres pasti terjadi pada caleg yang gagal. Banyak uang dan tenaga yang sudah dikeluarkan tetapi impian gagal diwujudkan. Apalagi uang yang diperoleh dari hasil pinjam dan menjual harta yang dimiliki menjadi beban yang sangat berat, ditambah istri dan keluarga serta orang-orang terdekat yang tidak mau tahu dan orang tua yang selalu menyalahkan.
Muliyanto mengungkapkan caleg yang mengalami depresi usai gagal dalam persaingan berat untuk menjadi legislator harusnya tidak perlu malu untuk mendapatkan penanganan, karena RSUD setempat tentu sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi.
Seperti yang dirinya katakan sebelumnya, bahwa banyak faktor penyebab seseorang menjadi depresi hingga mengalami gangguan psikologis dan mental. Gejala awal depresi di antaranya ciri orang tersebut pasti menyendiri dan sering duduk termenung apabila tidak memiliki ruang alam sadar yang membantu dirinya untuk bisa menerima apa yang terjadi.
“Merasa nyaman pada pikiran dan perasaan diri sendiri ini lebih berbahaya dan bisa menjurus kepada gangguan mental,” bebernya.
Sebelum tiga bulan caleg yang mengalami depresi dengan ciri-ciri awal itu bisa menjadi normal apabila langsung mendapatkan penanganan. Lebih enam bulan baru mendapatkan penanganan, dipastikan tingkat kesembuhan hanya berkisar antara 75-80 persen saja.
Dua tahun tidak mendapat penanganan dan pengobatan bisa dipastikan tidak akan bisa sembuh lagi.