Perempuan Depresi Lebih Berisiko Terserang Penyakit Jantung
Abadikini.com, JAKARTA – Studi terbaru menunjukkan bahwa depresi mempengaruhi kesehatan jantung dan risiko perempuan dengan depresi terserang penyakit jantung lebih tinggi dibandingkan lelaki dengan masalah sama.
Menurut hasil studi yang dipublikasikan di Journals of the American College of Cardiology, depresi meningkatkan risiko sakit jantung hingga 39 persen pada lelaki dan sampai 64 persen pada perempuan.
Sebagaimana dikutip oleh Medical Daily via Antara, Jumat (15/3/2024), salah satu penulis hasil studi Hidehiro Kaneko mengatakan bahwa identifikasi faktor spesifik jenis kelamin dalam dampak depresi pada penyakit kardiovaskular dapat membantu pengembangan strategi pencegahan dan pengobatan yang ditargetkan untuk mengatasi risiko penyakit kardiovaskular spesifik yang dihadapi oleh pasien depresi.
“Pemahaman yang lebih baik akan memungkinkan penyedia layanan kesehatan mengoptimalkan perawatan bagi pria maupun perempuan yang mengalami depresi,” katanya.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara depresi dan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung, angina, stroke, dan kematian.
Meskipun perempuan dengan depresi ditemukan memiliki risiko relatif lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan jantung dibandingkan laki-laki, tidak ada cukup bukti mengenai dampak berdasarkan perbedaan jenis kelamin, dan mekanisme yang mendasari fenomena ini belum sepenuhnya dipahami.
Dalam pengujian untuk mengetahui hubungan depresi dengan kejadian penyakit jantung, para peneliti melakukan studi kohort observasional yang melibatkan 4.125.720 peserta yang merupakan bagian dari basis data klaim asuransi Jepang.
Para peserta berusia rata-rata 44 tahun dan sekitar 57 persen di antaranya adalah laki-laki.
Studi ini mengidentifikasi orang-orang dengan depresi sebagai orang-orang yang didiagnosis secara klinis sebelum pemeriksaan kesehatan awal.
Hasil utama pemeriksaan meliputi data serangan jantung, nyeri dada, stroke, gagal jantung, dan fibrilasi atrium. Data indeks massa tubuh, tekanan darah, dan hasil pemeriksaan laboratorium semasa puasa dari peserta juga dikumpulkan dalam pemeriksaan.
Menurut siaran pers mengenai hasil studi, para peneliti menganalisis signifikansi statistik dari perbedaan karakteristik klinis antara peserta dengan dan tanpa depresi.
Hasilnya menunjukkan rasio bahaya depresi terhadap penyakit kardiovaskular sebesar 1,39 pada pria dan 1,64 pada perempuan dibandingkan dengan peserta tanpa depresi.
Peneliti menjelaskan bahwa perempuan mungkin memiliki risiko lebih tinggi terserang penyakit kardiovaskular saat mengalami depresi karena beberapa faktor.
Perempuan cenderung mengalami gejala depresi yang lebih parah dan persisten dibandingkan pria, terutama selama periode perubahan hormonal signifikan seperti kehamilan atau menopause.
Saat mengalami depresi, kerentanan perempuan yang lebih tinggi terhadap faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas, serta perbedaan akses layanan kesehatan dan pengobatan antar-gender dan faktor biologis spesifik jenis kelamin dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko.
“Studi kami menemukan bahwa dampak perbedaan jenis kelamin terhadap hubungan antara depresi dan penyakit kardiovaskular konsisten,” kata Kaneko.
Menurut dia, para profesional kesehatan harus menyadari peran penting depresi dalam perkembangan penyakit kardiovaskular dan menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dan terpusat pada pasien dalam upaya pencegahan dan penatalaksanaan.
Ia mengemukakan bahwa menilai risiko penyakit jantung pada pasien depresi serta mencegah dan menangani depresi dapat membantu menurunkan angka kasus penyakit kardiovaskular.