Jika Meninggal, Muslim Tajir Ini Ingin Sumbangkan Seluruh Hartanya
Abadikini.com, JAKARTA – Kehidupan seseorang kadang berubah usai mengalami kejadian telak yang bisa menyadarkan. Begitulah yang dialami Ali Banat, pengusaha asal Sydney, Australia, yang memperoleh kekayaan dari bisnis keamanan dan elektronik.
Dari perusahaan tersebut, Banat punya uang melimpah dan sering hidup foya-foya. Dia kerap membeli barang mewah, seperti mobil, jam tangan, sepatu, dan sebagainya. Bahkan, BBC International mencatat mobil sport yang dimilikinya mencapai US$ 600 ribu atau Rp 8,3 miliar dan punya gelang seharga US$ 60 ribu atau Rp 833 juta.
Namun, sikap tersebut berubah drastis pada 2015. Rasa sakit teramat dan tak bisa hilang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit. Tak disangka, dokter menyebut rasa sakit itu disebabkan oleh kanker yang menggerogoti tubuhnya. Banat pun divonis hanya bisa hidup selama tujuh bulan.
Vonis dokter tersebut ibarat petir di siang bolong. Banat tak menyangka di usia produktif 30-an tahun harus menderita sakit parah dan hidup tak lama lagi. Pukulan telak inilah yang membuatnya teringat terhadap kebesaran Allah Swt. Sakit kanker membuat dirinya melihat kalau harta bendanya tak lagi berguna. Tak mau membawa kerugian, pria kelahiran 1982 itu memutuskan untuk menyumbangkan seluruh hartanya.
“Saya ingin wafat tanpa memiliki harta benda,” kata Banat, dikutip dari One Path.
Dalam YouTube One Path, Banat bercerita setelah divonis kanker dia langsung bergegas memberikan jam tangan, pakaian, topi, dan mobil kepada orang-orang yang tidak mampu. Selain itu dia juga memutuskan untuk pergi ke Afrika selama dua minggu. Disana dia berkeliling dan merasakan kemiskinan bersama warga hingga mendirikan yayasan sosial bernama “Muslim Around the World pada Oktober 2015.
Mengutip The Sun, Yayasan sosial ini jadi wadah penyaluran harta Banat. Diketahui, harta tersebut dialokasikan untuk membangun masjid, sekolah, dan kehidupan para janda di Togo, Ghana, dan Burkina Faso.
Sikap Ali Banat ini lantas menjadi viral dan menarik atensi banyak pihak untuk menyumbang harta lewat yayasan tersebut. Di tahun yang sama, yayasan tersebut berhasil memperoleh donasi hampir satu juta poundsterling atau Rp18,5 miliar.
Berkat upaya ini, Banat mengaku anak-anak di Afrika yang dibantu lebih sejahtera secara ekonomi. Meski sudah divonis bakal wafat dalam waktu dekat, ternyata itu salah. Banat malah hidup hingga tahun lamanya sebelum wafat pada tahun 2018. Tentu, kematian Banat sudah sesuai harapannya, yakni tanpa meninggalkan harta sedikitpun.