Fenomena di Korsel: 4 dari 10 Perempuan Tak Minat Nikah
Abadikini.com, JAKARTA – Empat dari 10 Perempuan di Korea Selatan kini tak lagi memiliki ketertarikan untuk menikah. Bahkan, mereka juga memahami dampak buruk dari pilihan itu, yakni tingkat kelahiran di Korea Selatan yang makin menyusut.
Data itu merupakan hasil survei Presidential Committee on Aging Society and Population Policy Korea Selatan. Komite ini melakukan survei terhadap 2.011 pria dan wanita Korea Selatan dengan rentang usia 25 tahun sampai dengan 49 tahun.
Meski demikian, survei itu masih menunjukkan 61% responden masih memiliki keinginan untuk menikah.
“Berdasarkan laporan hasil survei, 39,1% responden berusia 25 tahun dan 49 tahun menjawab bahwa mereka tidak ingin menikah dan tidak punya banyak pemikiran untuk menikah,” dikutip dari laporan The Korea Herald, Sabtu (4/3/2024).
Berdasarkan gendernya, wanita menjadi responden terbanyak yang menyatakan tak ingin menikah, jumlahnya sebanyak 33,7%. Sementara itu, responden pria yang menjawab tak ingin menikah sebesar 13,5%.
Alasan utama responden yang menyatakan tak ingin menikah atau bahkan tak memiliki rencana menikah ialah beban beban peran gender dalam pernikahan. 88,9% responden pria yang tak ingin menikah beralasan karena kekhawatiran terhadap beban keuangan seperti biaya pernikahan dan perumahan, dan 92,6% wanita terkait kekhawatiran terhadap beban pekerjaan rumah tangga dan melahirkan.
Baik responden pria maupun wanita mengindikasikan mereka akan lebih cenderung untuk menikah dan memiliki anak jika kondisi ekonomi membaik, seperti berkurangnya biaya perumahan, kesempatan kerja yang lebih baik, dan jaminan keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan.
Selain itu, 61,1% responden menjawab pasangan suami istri “harus mempunyai anak”. Namun, jika dikelompokkan berdasarkan gender, wanita cenderung tidak menganggap penting memiliki anak dibandingkan pria, dengan 69,7% pria dan 51,9% wanita memiliki keyakinan yang sama.
Ditemukan juga, hanya 34,4% wanita berusia antara 25 dan 29 tahun yang percaya memiliki anak adalah hal yang penting. Laporan komite juga mengungkapkan 90% responden mengakui masalah serius penurunan angka kelahiran di Korea.
Namun, sebagian besar responden merasa kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah yang membuat mereka khawatir terhadap risiko pernikahan belum efektif. 48% responden menggambarkan diri mereka “agak kecewa” dengan pendekatan pemerintah saat ini dalam mengatasi angka kelahiran yang rendah.
Sebanyak 81,9% responden menyatakan mereka yakin mengizinkan pekerja untuk menggunakan cuti sebagai orang tua secara bebas akan menjadi cara yang efektif untuk mengatasi penurunan angka kelahiran. Selain itu, 83,9% responden wanita menyatakan penumbuhan budaya partisipasi setara dalam pengasuhan anak akan menjadi solusi yang efektif.
Survei dilakukan pada 29 Maret hingga 3 April dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin kesalahan plus minus 2,2 poin persentase.c
sumber: cnbcindonesia