Hamas Sambut Positif Proposal Gencatan Senjata Permanen dari Presiden AS Joe Biden
Abadikini.com, JAKARTA – Dalam sebuah perkembangan yang mengejutkan, Hamas menyambut baik proposal gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. Proposal tersebut terdiri dari tiga fase utama: gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan rekonstruksi Gaza serta pertukaran tahanan.
“Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyambut positif apa yang termuat dalam pidato Presiden AS Joe Biden atas seruannya terkait masalah Palestina, berupa: gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, rekonstruksi Gaza, dan pertukaran tahanan,” demikian pernyataan resmi Hamas yang dikutip dari Reuters pada Minggu (2/6).
Hamas melihat proposal yang diumumkan Biden sebagai langkah konstruktif untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan. Mereka menyatakan kesiapan untuk menjalankan kesepakatan ini dengan syarat Israel juga berkomitmen untuk melaksanakannya. “Jika pihak Pendudukan dengan jelas mengumumkan komitmen terhadap kesepakatan tersebut,” tegas pernyataan Hamas.
Perubahan sikap ini menandakan adanya pergeseran dari Hamas yang sebelumnya sering mengecam Amerika Serikat karena dinilai memihak Israel dan menghalangi upaya gencatan senjata. “Hamas melihat posisi Biden sekarang lebih fokus untuk menekan Israel agar kembali melakukan perundingan dengan sikap yang berbeda, atau mereka (Israel) dapat mengambil risiko bentrok dengan Amerika,” kata seorang pejabat Palestina yang ikut dalam proses mediasi.
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengonfirmasi bahwa Israel telah memberi wewenang kepada para perunding untuk menyampaikan kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Presiden Biden mengumumkan kesepakatan tersebut pada Jumat (31/5).
Dalam beberapa pekan terakhir, konflik di Gaza telah menelan korban jiwa yang signifikan. Otoritas kesehatan Palestina memperkirakan lebih dari 36.280 orang telah terbunuh sejak Israel melancarkan serangan balasan terhadap Hamas yang dimulai pada 7 Oktober di Israel selatan.