Ketum Predigti: Media Sosial dan Revolusi Genom Ubah Wajah Kedokteran dan Pertanian
Abadikini.com, JAKARTA – Ketua Umum Perhimpunan Kedokteran Digital Indonesia (Predigti), Dr. H. Agus Ujianto, M.S.Med., Sp.B, menyoroti peran besar media sosial dan revolusi genom dalam mempublikasikan kemajuan di bidang kedokteran dan pertanian selama dua dekade terakhir.
“Pengetahuan tentang susunan genetik organisme hidup memungkinkan ilmuwan menemukan target baru untuk terapi, mengoptimalkan produksi bahan berharga, dan mengedit genom itu sendiri,” ujar Agus dalam keterangannya, Sabtu (29/6/2024).
Pengaruh Revolusi Genom
Revolusi ini muncul dari pemahaman mendalam tentang proses biologis melalui pengurutan genom. Namun, menurut Jonathan Schramm, mantan peneliti biokimia, sel hidup lebih kompleks daripada sekadar susunan genomik. Hal ini memerlukan metode analisis yang lebih canggih.
Metode Analisis Multiomik
Para ilmuwan kini mempelajari berbagai aspek selain genomik:
Transkriptomik: Analisis mRNA.
Proteomik: Analisis protein, termasuk modifikasi pasca-translasi.
Metabolomik: Analisis senyawa kimia dan metabolisme.
Epigenomik: Modifikasi genom tanpa mengubah urutan genetik.
Mikrobiomik: Analisis mikroba dalam tubuh.
Multiomik Sel Tunggal: Analisis pada sel individual.
Biologi Spasial: Analisis 3D lokasi mRNA, protein, atau sel tertentu.
Kombinasi metode ini memberikan gambaran lebih baik tentang kompleksitas organisme hidup. Kemajuan dalam pencitraan digitalisasi laboratorium dan kecerdasan buatan memungkinkan analisis yang lebih rinci.
Penerapan dalam Penelitian dan Terapi
Dengan kemajuan proteomik, ratusan ribu protein dapat dianalisis dalam satu jam, mempercepat penemuan biomarker kanker dan pengembangan terapi presisi. Transkriptomik mRNA membantu memahami gen yang bertanggung jawab atas kanker dan subtipe sel yang menyebabkannya.
Biologi Spasial dan Mikrobiomik
Biologi spasial memungkinkan analisis sel tunggal dan interaksi sel secara real-time, membuka bidang penelitian baru. Mikrobiomik mengkaji penggunaan bakteri usus atau kulit untuk terapi baru, seperti terapi transfer mikrobiota untuk gangguan spektrum autisme.
Epigenomik dan Terapinya
Epigenomik mempelajari modifikasi genom tanpa mengubah urutan genetik. Peremajaan epigenetik menunjukkan potensi membalikkan penuaan, menunjukkan bahwa penuaan bisa diintervensi.
Tantangan dan Peluang di Indonesia
Di Indonesia, revolusi digitalisasi omik belum sepenuhnya berlangsung. Ilmuwan Indonesia perlu memanfaatkan data yang melimpah untuk penelitian dan aplikasi pada pasien, sambil memperhatikan aspek medikolegal. Kementerian Kesehatan harus mentransformasi bidang kesehatan untuk mengantisipasi dampak industri 4.0 dalam biologi molekuler.
Dalam era digitalisasi ini, ilmu kedokteran terus berkembang pesat, membuka peluang baru untuk terapi yang lebih efektif dan presisi.