Takziyah: Dakwah dan Ilmu Al Ustadz Yazid Menarik Generasi Muda
Oleh: Muhsin MK
Abadikini.com – “Wahai jiwa yang tenang (mutmainnah), kembalilah kamu kepada Rabb-mu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al Fajr: 27-30).
Wafatnya Al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas menimbulkan rasa duka mendalam bagi jamaah yang dibinanya dan umat Islam yang mengenalnya dengan baik, terutama murid dan santri-santrinya.
Meski tidak semua orang bersimpati, khususnya terhadap aktivitas dakwah dan kajiannya, namun bagi umat Islam dan generasi muda yang haus akan ilmu yang benar-benar bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, mereka menimba ilmu dari dirinya, menyukai, dan bersimpati pada dakwah serta kajian-kajiannya.
Pengajian Al Ustadz Yazid dimulai di Masjid Al Furqan Dewan Dakwah Pusat, Jl. Kramat Raya 45 Jakarta Pusat pada tahun 90-an. Di masa itu, tokoh-tokoh tua Dewan Dakwah Pusat seperti M. Natsir, Dr. Anwar Harjono, Prof. HM. Rasyidi, dan HM. Yunan Nasution masih aktif.
Pengajian Ustadz Yazid diadakan untuk memakmurkan Masjid Al Furqan. Dewan Dakwah tidak melarangnya karena Ustadz Yazid masih keluarga besar Dewan Dakwah, baik dari jalur Pesantren Persis Bangil tempat belajarnya maupun Pesantren Al Irsyad Tengaran Salatiga tempat mengajarnya.
Seiring waktu, pengajian Ustadz Yazid menarik banyak mahasiswa Lembaga Pendidikan Dakwah Indonesia (LPDI) Dewan Dakwah di Kramat Raya 45, Jakarta Pusat. Pengajian ini akhirnya dikenal luas dengan nama kelompok “Salafi,” karena dalam pengajiannya ditekankan tentang mengikuti faham kalangan salafus shalih.
Pengajian Ustadz Yazid berkembang pesat dan jamaahnya semakin banyak. Mereka berpindah tempat ke masjid di daerah Bogor, meskipun menghadapi penolakan masyarakat. Namun, Ustadz Yazid dan jamaahnya tetap melaksanakan pengajian di berbagai tempat.
Selain mengisi pengajian dalam bentuk kajian kitab, Ustadz Yazid juga menulis beberapa buku yang menjadi rujukan. Beliau dikenal lancar berbicara dan jago menulis, baik buku, artikel di majalah, maupun di media sosial.
Dalam perjalanan dakwahnya, Ustadz Yazid tetap menjalin silaturahim dengan tokoh-tokoh Dewan Dakwah dan sahabatnya. Beliau juga sering hadir bertakziyah saat tokoh-tokoh Dewan Dakwah wafat.
Sebagai dosen di Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Dewan Dakwah Jabar, Depok, dan Tangerang Selatan, buku-buku yang ditulis Ustadz Yazid menjadi rujukan kuliah. Hingga kini, tulisannya di media sosial masih menjadi referensi.
Pada Kamis, 11 Juli 2024, saat hendak mengajar di ADI Depok, saya mendengar kabar bahwa Ustadz Yazid telah meninggal dunia di Bogor. Beliau dimakamkan pada Jumat, 12 Juli 2024.
Sebagai bagian dari Dewan Dakwah, kami hanya bisa mendoakan, “Semoga Allahu yarham Ustadz Yazid mendapat rahmat Allah di dunia dan akhirat. Aamiin ya rabbal alamiin.” (MK.13.7.2024).