Ariel Tatum Membawakan Monolog, Nyanyian, dan Tarian dalam Pementasan “Sang Kembang Bale”

Abadikini.com, JAKARTA – Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation mempersembahkan produksi ke-79 mereka, “Sang Kembang Bale (Nyanyian yang Kutitipkan pada Angin).” Pementasan ini terinspirasi dari kesenian tradisional Ronggeng Gunung dan menjadi gebrakan baru bagi Ariel Tatum, yang akan tampil dalam monolog, bernyanyi, dan menari dalam satu pentas.

Sutradara Heliana Sinaga mengungkapkan bahwa ini adalah pengalaman pertama bagi Ariel untuk tampil dalam format yang kompleks ini. “Secara keaktoran, ini sangat rumit,” ujar Heliana dalam konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, pada Kamis, 1 Agustus 2024.

Meskipun menghadapi tantangan, Ariel Tatum mengaku antusias untuk menjalani peran ini. Menurutnya, naskah pementasan sangat menarik dan magis. “Kisah Ronggeng Gunung ini begitu magis. Aku sendiri belum pernah tahu tentang Ronggeng Gunung sebelumnya,” ungkap Ariel, yang kini berusia 27 tahun.

Ariel telah menjalani latihan intensif selama lima minggu untuk pentas yang akan digelar selama dua hari di NuArt Sculpture Park, Bandung, pada 10 dan 11 Agustus 2024. “Kami juga masih akan workshop dengan tim di Bandung, masih ada waktu sekitar seminggu,” tambahnya.

Persiapan yang dilakukan Ariel tidak hanya fisik, tetapi juga spiritual. Ia merasa perlu mencapai “titik nol” untuk bisa menyerap seluruh ilmu dan pengalaman yang akan ia tuangkan dalam pementasan berdurasi sekitar 1 jam 20 menit tersebut.

Tantangan terbesar bagi Ariel adalah mempelajari tembang Ronggeng Gunung yang sangat khas. “Aku terbiasa dengan teknik menyanyi modern, jadi harus mulai dari nol lagi untuk mengenal ulang suaraku dan potensi dalam diriku,” kata Ariel. Dalam pementasan ini, ia akan menyanyikan tiga tembang, yang salah satunya berisi tiga nyanyian berbeda, serta mempersembahkan lima tarian Ronggeng Gunung, diiringi oleh empat penari dan tiga pemusik.

Produser Pradetya Novitri menambahkan bahwa cerita monolog ini didasarkan pada pengalaman orang-orang terakhir yang masih melestarikan kesenian Ronggeng Gunung, yang diperoleh melalui riset di Ciamis. “Pelakunya sekarang tinggal dua orang,” ujarnya.

Proses penulisan naskah dimulai dari wawancara dengan pelaku kesenian Ronggeng Gunung seperti Bi Pejoh, Bi Raspi, dan Mang Sarli. Penulis naskah Wida Waridah menjelaskan bahwa cerita ini menggabungkan wawancara nyata dengan imajinasi fiksi, menciptakan kisah seorang perempuan yang setia pada pilihannya. Sementara itu, Toni Lesmana menambahkan bahwa pementasan ini juga berusaha menjadi dokumentasi kesenian Ronggeng Gunung.

“Sang Kembang Bale” menceritakan kehidupan seorang ronggeng, atau Kembang Bale, dari desa Panyutran di Padaherang. Sejak kecil hingga remaja, ia dipilih oleh ronggeng sepuh sebagai penerus ronggeng sejati, dengan kemiskinan yang mendorongnya memasuki dunia tersebut. Namun, dunia ronggeng semakin menariknya untuk memahami sikap sejati seorang ronggeng.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker
planet128 cahaya128 planet128 turbo128 planet128 rawit128 cahaya128 rawit128 planet128 rawit128 planet128 planet128 rawit128 turbo128 rawit128 planet128 rawit128 turbo128 planet128 rawit128 planet128 planet128 planet128 planet128 turbo128 rawit128 planet128 planet128 planet128 rawit128 turbo128 turbo128 planet128 rawit128 rawit128 planet128 turbo128 Slot mega888 slot slot gacor