Belajar Kembali Sejarah Bolaang Mongondow: Back to Origin – Tendeduata dan Gumalangit
Abadikini.com, BOLMONG – Sejarah sering kali diwarnai dengan kisah yang terdokumentasi maupun legenda yang diwariskan secara lisan. Dalam konteks Bolaang Mongondow, nama Tendeduata dan Gumalangit sudah lama dikenal oleh sejarawan, budayawan, dan masyarakat sebagai leluhur yang berperan penting dalam membentuk cikal bakal masyarakat Mongondow. Meskipun beberapa pihak menganggap kisah ini sekadar mitos, bukti-bukti peninggalan yang masih dapat dilihat hingga kini membangkitkan perdebatan.
Tendeduata dan Gumalangit diyakini sebagai manusia langit yang memiliki kekuatan dan kesaktian luar biasa. Keduanya menjadi simbol asal-usul masyarakat Mongondow. Menurut cerita yang beredar, Tendeduata diturunkan di Pulau Lembe (kini wilayah Bitung), sedangkan Gumalangit diturunkan di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Pertemuan keduanya yang dipicu oleh ikatan yang maha kuasa melahirkan rasa suka di antara mereka.
Dalam dialog pertama mereka, muncul pertanyaan tentang kelanjutan hidup di tengah lingkungan yang dikelilingi air. Atas permintaan Gumalangit kepada Yang Maha Kuasa, air surut dan mengungkapkan daratan yang hingga kini dapat dilihat berupa batu karang di Bolaang Mongondow Selatan, Gunung Sia, serta lembah Tongara di wilayah Tonsile. Fenomena ini dikenal sebagai “insingog” atau ucapan yang terkabul.
Kisah lain yang tak kalah menarik adalah tentang Tumotoibokol dan Tumototoibokat, manusia yang dipercaya muncul akibat pelanggaran hukum adat pada masa pemerintahan Punu Yayubangkai, putra Mokoduludut.
Nama “Bolaang” sendiri berasal dari kata “Balangon”, mengingatkan masyarakat Mongondow akan kecenderungan mereka menamai peristiwa penting dengan lokasi tempat kejadian. Ini berbeda dengan tradisi Arab yang mengaitkan peristiwa dengan tahun tertentu.
Kisah Salamatiti yang didatangi malaikat memiliki kemiripan dengan kisah Maryam dalam agama Samawi. Seperti Maryam yang melahirkan Isa Almasih, Salamatiti dikisahkan melahirkan Mokoduludut, putra ajaib yang ditemukan oleh pasangan suami-istri Inalie dan Amalie saat mencari ikan di sungai Tumpa Doloduo. Kisah ini membawa pertanyaan, bagaimana kisah Salamatiti yang didatangi malaikat dapat diketahui jika masyarakat Mongondow saat itu belum mengenal tulisan?
Walau terpisah jarak dan waktu, antara Maryam di Arab dan Salamatiti di Bolaang Mongondow, kisah keduanya memiliki kesamaan. Maryam diabadikan dalam Surah Maryam di Alquran, sedangkan cerita Salamatiti diwariskan melalui tradisi lisan Mongondow yang disebut “Ouman”. Keturunan keduanya membawa perubahan besar; Isa memicu lahirnya agama Nasrani, sementara Mokoduludut diangkat sebagai Punu Molantud yang mempengaruhi perkembangan masyarakat Mongondow.