Harga Minyak Dunia Melemah, Brent dan WTI Terus Tertekan oleh Sentimen Global
Abadikini.com, JAKARTA – Harga minyak dunia mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (5/2/2025), melanjutkan tren pelemahan yang telah terjadi sejak awal pekan. Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah Brent turun 18 sen atau 0,24 persen menjadi 76,02 dolar AS per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 9 sen atau 0,12 persen ke level 72,61 dolar AS per barel.
Penurunan harga minyak ini dipengaruhi oleh langkah China yang mengenakan tarif terhadap impor minyak, gas alam cair, dan batu bara dari Amerika Serikat (AS). Kebijakan tersebut merupakan respons atas tarif perdagangan yang sebelumnya diberlakukan Washington terhadap Beijing. Akibatnya, harga minyak mentah WTI sempat anjlok hingga 3 persen pada Selasa (4/2/2025), mencatatkan posisi terendah sejak 31 Desember 2024.
Meski demikian, tekanan terhadap harga minyak sedikit berkurang setelah Presiden AS Donald Trump kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran. Kebijakan ini bertujuan untuk membatasi program nuklir Iran dengan memangkas ekspor minyak mentah negara tersebut hingga nol, sebagaimana yang pernah diberlakukan dalam masa jabatan pertamanya.
Analis dari Goldman Sachs dalam laporannya menilai bahwa dampak tarif pembalasan China terhadap harga energi tidak akan terlalu signifikan. “Mengingat bahwa baik pasokan maupun permintaan global terhadap komoditas ini tidak berubah akibat tarif China,” tulis laporan tersebut.
Selain faktor geopolitik, harga minyak juga mendapat tekanan dari peningkatan persediaan minyak mentah dan bahan bakar di AS, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Menurut sumber pasar yang mengutip data dari American Petroleum Institute (API), stok minyak mentah AS meningkat sebesar 5,03 juta barel, jauh lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Lonjakan persediaan minyak ini semakin memperburuk sentimen pasar, mengingat tingginya produksi minyak dalam negeri AS yang terus menambah pasokan global. Para analis memperkirakan volatilitas harga minyak akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, dengan pergerakan yang masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan dagang AS-China serta dinamika geopolitik Timur Tengah.
Sementara itu, para pelaku pasar kini menantikan data resmi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) yang dijadwalkan akan dirilis dalam beberapa hari ke depan. Data tersebut akan memberikan gambaran lebih lanjut mengenai kondisi pasar minyak global dan potensi pergerakan harga dalam waktu dekat.