Ekonom Hans Kwee Serukan Indonesia Perkuat Perdagangan dengan BRICS Solusi Hadapi Tarif Impor AS

Abadikini.com, JAKARTA – Ekonom dan praktisi pasar modal terkemuka, Hans Kwee, menyerukan kepada Indonesia untuk segera memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Langkah ini dipandang krusial sebagai strategi untuk mengamankan sumber-sumber pendapatan baru di tengah kebijakan tarif impor yang agresif yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap berbagai negara.
Menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump pada Rabu (2/4) mengenai pemberlakuan tarif universal sebesar 10 persen dan tarif “timbal balik” yang signifikan terhadap sejumlah mitra dagang, termasuk Indonesia dengan tarif 32 persen, Hans Kwee menekankan perlunya respons strategis dari Indonesia.
“Indonesia perlu secara aktif memperkuat kemitraan dagang dengan negara-negara BRICS sebagai langkah proaktif mencari alternatif sumber pendapatan ekspor. Kebijakan tarif tinggi AS ini akan memberikan tekanan pada neraca perdagangan kita, dan memperluas cakupan pasar ke negara-negara BRICS dapat menjadi solusi yang efektif,” ujar Hans Kwee saat dihubungi, Kamis (3/4/2025).
Hans Kwee memperingatkan bahwa kebijakan tarif impor AS yang baru ini berpotensi menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap perekonomian dan stabilitas pasar keuangan Indonesia.
“Kebijakan tarif sepihak ini jelas merupakan sentimen negatif bagi perekonomian dan pasar keuangan Indonesia. Jika kebijakan ini tidak mengalami perubahan dalam waktu dekat, kita akan merasakan dampaknya,” tegasnya.
Lebih lanjut, Hans Kwee memproyeksikan bahwa penerapan tarif impor oleh AS akan menyebabkan penurunan volume ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan menekan surplus neraca perdagangan negara.
“Kita harus bersiap menghadapi potensi penurunan angka ekspor, yang secara langsung akan mengurangi surplus perdagangan yang selama ini kita nikmati,” jelasnya.
Dalam konteks pasar valuta asing, Hans Kwee memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi mengalami pelemahan. Hal ini seiring dengan ekspektasi penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang negara-negara lain sebagai respons terhadap kebijakan tarif AS.
“Dolar AS kemungkinan akan menguat terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah, sebagai konsekuensi dari kebijakan tarif ini,” kata Hans.
Sementara itu, untuk pasar saham domestik, Hans Kwee memprediksi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami koreksi pada perdagangan Bursa Efek Indonesia pada hari Selasa, 8 April 2025. Proyeksi ini didasarkan pada potensi pelemahan yang diperkirakan terjadi di bursa-bursa saham global sebagai respons terhadap kebijakan tarif AS.
“Pasar saham Indonesia kemungkinan akan terpengaruh sentimen negatif dari pasar global dan berpotensi terkoreksi pada perdagangan awal pekan depan,” pungkas Hans Kwee. (Antara)