Sri Mulyani Optimistis Strategi Indonesia Redam Dampak Tarif AS dan Ciptakan Peluang Baru

Abadikini.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan keyakinannya bahwa strategi yang disiapkan Indonesia dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) tidak hanya akan mampu meredakan potensi gejolak ekonomi, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan ekonomi yang baru dan lebih inklusif.
Pernyataan optimis ini disampaikan Sri Mulyani melalui akun Instagram pribadinya @smindrawati, saat diwawancarai di sela-sela agenda IMF-World Bank Spring Meetings 2025.
“Saya sampaikan optimisme bahwa langkah-langkah yang telah disiapkan tidak hanya mampu meredam guncangan yang terjadi, tetapi juga membuka banyak kesempatan untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya, Sabtu (26/4/2025).
Dalam menghadapi negosiasi terkait tarif, Indonesia mengambil pendekatan dialogis untuk memahami perspektif Pemerintah AS. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Indonesia menawarkan sejumlah opsi konkret yang berpotensi mengurangi defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia.
Secara simultan, Indonesia juga aktif berupaya untuk mengurangi berbagai hambatan perdagangan, baik yang bersifat tarif maupun non-tarif. Langkah-langkah strategis yang diambil meliputi deregulasi dan reformasi administrasi yang bertujuan untuk mempermudah arus perdagangan dan investasi.
Sejalan dengan proses negosiasi yang sedang berlangsung dengan AS, Indonesia juga secara proaktif menjajaki peluang diversifikasi negara tujuan ekspor. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada satu mitra dagang dan memperluas jangkauan pasar produk Indonesia.
“Oleh karenanya, diskusi dengan berbagai mitra seperti ASEAN Plus Three dan Uni Eropa terus dijalin dengan baik demi tujuan bersama, menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan,” jelas Sri Mulyani.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperkirakan bahwa proses penyeimbangan defisit perdagangan AS terhadap negara-negara mitra akan memerlukan waktu sekitar dua hingga tiga tahun. Kebijakan tarif resiprokal menjadi salah satu instrumen yang tengah didorong oleh Washington dalam upaya menyeimbangkan kembali hubungan dagangnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengungkapkan bahwa Indonesia mendapatkan apresiasi dari pemerintah dan pelaku usaha AS atas respons cepat dan proposal kerja sama yang komprehensif yang telah disampaikan.
Dalam proses perundingan yang sedang berjalan, Indonesia mengajukan lima poin manfaat utama dalam proposalnya. Poin-poin tersebut mencakup penguatan ketahanan energi nasional, perluasan akses pasar ekspor bagi produk Indonesia, implementasi deregulasi usaha dan investasi, pengembangan kerja sama rantai pasok industri strategis dan mineral kritis, serta peningkatan akses terhadap teknologi dan inovasi.