Pentagon Akui Teknologi Kecerdasan Buatan Cina Kalahkan AS
Abadikini.com, JAKARTA – China telah mengalahkan Amerika dalam pengembangan senjata dengan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Bagian Perangkat Lunak Pentagon, Nicolas Chaillan.
Chailan yang merupakan kepala bagian perangkat lunak pertama di angkatan udara Amerika menghabiskan tiga tahun masa baktinya di Pentagon untuk meningkatkan keamanan siber.
Dilansir dari Financial Times, Chailan mengatakan salah satu alasannya meninggalkan Pentagon adalah kegagalan Amerika dalam merespon perkembangan siber China dan sejumlah ancaman lain yang kelak akan membahayakan masa depan anaknya.
Kami tidak punya kesempatan untuk bertarung dengan China selama 15 hingga 20 tahun. Sekarang, itu semua sudah selesai; (masa) ini telah berakhir menurut saya,” ujar Chailan.
Menurut Chailan, Amerika terlalu fokus pada pengembangan perangkat keras dengan biaya besar seperti pesawat jet canggih, dan mengabaikan teknologi yang lebih dibutuhkan seperti kecerdasan buatan, pembelajaran berbasis mesin, dan keamanan siber. Bahkan Chailan menyebut keamanan siber pada beberapa lembaga pemerintahan Amerika berada pada ‘level taman kanak-kanak.’
Chailan menyebut pengeluaran anggaran Amerika pada bidang pertahanan tiga kali lipat dari anggaran China, namun anggaran tersebut membengkak karena biaya pengadaan tinggi di area yang salah. Kemudian birokrasi dan regulasi berlebih di tubuh Pentagon juga disebut menghambat perkembangan lembaga tersebut.
“Kita menyiapkan sebuah infrastruktur penting untuk gagal … Kita tidak akan menaruh seorang pilot di kokpit tanpa latihan terbang yang memadai; (lalu) kenapa kita mengharapkan seseorang tanpa pengalaman IT untuk sukses? … Sedangkan kita menghabiskan waktu pada birokrasi dan musuh kita berkembang jauh ke depan,” tulis Chailan dalam surat pengunduran dirinya dari Pentagon.
Dilansir dari IFL Science, Chailan mengatakan dalam hal teknologi, Amerika cukup tertinggal dari China karena keengganan Google untuk bekerja sama dengan Departemen Pertahanan dalam mengembangkan kecerdasan buatan. Selain itu Google dan Amerika juga terlibat perdebatan soal kode etik kecerdasan buatan yang membuat kerja sama ini sulit terjadi.
Sedangkan beberapa raksasa teknologi China bekerja sama dengan pemerintahnya tanpa terlalu memedulikan masalah kode etik, sehingga membuat perkembangan China melesat jauh.
Selain dalam kecerdasan buatan, China juga mulai menjadi sosok besar di bidang ilmu pengetahuan selama beberapa tahun ke belakang. Pada 2017-2018, China mulai menerbitkan lebih banyak artikel ilmu pengetahuan dibandingkan dengan Amerika, menandakan pergerakan yang signifikan pada keseimbangan kekuatan.