Curhatan Mantan Pendeta Kristen: Dalam Al-Kitab Dilarang Makan Babi, Tapi Natalan Pada Makan Babi
Abadikini.com, JAKARTA – Seorang mantan pendeta bernama Yohanes Ignatius Kristanto memberikan sebuah pengakuan saat berpindah keyakinan dari Kristen ke Islam.
Yohanes merasa bingung dengan aturan dan praktik penganut Kristen tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan dalam Al-Kitab.
“Jadi ada dua hal, yang pertama masalah doktrin, yang kedua tentunya praktek. Praktek-praktek yang ada di Gereja,” ujar Yohanes seperti dilihat dari tayangan YouTube Hidayatullah TV Rabu (16/3/2022).
Yohanes menjelaskan, bahwa untuk mengetahui suatu agama, maka yang perlu untuk ditelisik adalah melalui buku petunjuknya yaitu Al-Kitab. Berdasar pada pemahamannya dari Al-Kitab, ia mulai sering merenung, memikirkan tentang tidak sesuainya ajaran Al-Kitab dengan para pemeluknya.
“Ketika ada di Kristen saya sering merenung, ini agama paling lucu, semua yang ada tertulis di kitabnya, tidak ada satupun yang dilakuin. Kita di Kristen ini kan ada buku petunjuk namanya Al-Kitab, nah seringkali ini kadang saya agak guyon dengan sesama pendeta, ‘kita itu natalan malah kayak ajang kita pamer sedang makan sesuatu (babi) yang sebenarnya dilarang di Al-Kitab itu,”tutur Yohanes menceritakan awal kebingungannya.
“Yah kalau kita makan babi pas natalan ini coba itu Pak Lurah Pak Camat dateng dikasih babi akhirnya mereka pulang. Nah kita sendiri ini yang sebenarnya juga di buku petunjuk kita ngomong soal itu kita seakan-akan malah bangga dengan dosa kita,” lanjut Yohanes menjelaskan.
Semakin membingungkan, karena telah melakukan dosa dengan memakan babi, justru saat memberikan pujian, menyanyikan lagu yang ditujukan untuk menyenangkan Tuhan.
“Terus yang jadi pertanyaan itu kita menyenangkan Tuhan kita, kita menyenangkan Allah kita, itu menyenangkan bagian mana karena semua perintahnya nda ada yang kita lakuin,” tuturnya.
Ia kemudian menganalogikan antara anak dan bapaknya. Ketika sang anak melakukan semua perintah bapaknya, maka itu merupakan tindakan yang menyenangkan. Sebaliknya, jika melakukan perintahnya, maka jelas bukan tindakan menyenangkan.
“Kalau saya punya anak, anak saya melakukan yang saya perintahkan, itu tentunya anak saya menyenangkan hati saya. Nah kalau di Kekristenan ini lucu, nyanyinya menyenangkan-Mu, tetapi tidak pernah melakukan apa yang disenangi Tuhan-Nya,” tegasnya.