Masih Banyak PR dalam Pendidikan Indonesia
Abadikini.com, JAKARTA – Memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-114 Anggota DPD RI asal Provinsi DI Yogyakarta Hilmy Muhammad mengatakan masih banyak ‘PR’ yang harus dilakukan dalam dunia pendidikan Indonesia. Realitasnya kualitas pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain.
“Pendidikan kita harusnya setara global yang mampu bersaing dengan negara-negara lain. Tapi nyatanya kita masih tertinggal dengan negara lain,” ucap Hilmy saat menjadi narasumber di DPD RI, Jakarta, Jumat (20/5).
Gus Hilmy panggilan akrab Hilmy Muhammad menilai bahwa sejauh ini sekolah-sekolah di daerah masih memperihatinkan baik itu tenaga pendidik atau guru dan fasilitasnya. Padahal ujung tombak dunia pendidikan berada pada tenaga pendidik. “Ini sebenarnya menjadi PR kita semua dalam pendidikan. Sebenarnya ujung tombak bangsa ini ada pada tenaga pendidik,” paparnya.
Ia juga berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada tenaga pendidik terutama meningkatkan SDM atau beasiswa. “Jika kita mempunyai SDM yang baik maka kita bisa berharap dengan generasi bangsa yang akan datang,” kata Gus Hilmy.
Di sisi lain, pendidikan politik menurut Gus Hilmy dinilai sangat penting. Namun sebagai Anggota DPD RI, ia berkewajiban dalam memberikan pendidikan politik yang baik. “Kita harus bertanya kepada diri sendiri, apakah kita sudah menjadi agen politik yang baik. Jangan harap masyarakat mencontoh kita, kalau kita mempunyai kelakuan ‘kurang baik’ sebagai politisi,” terangnya.
Untuk itu, sambungnya, tugas DPD RI juga harus memberikan cerminan politik yang baik dan berakhlak. Dengan demikian generasi muda Indonesia bisa mencontoh politik yang beradap, bermoral dan berakhlak. “Jika kita menerapkan itu, kita bisa berharap para generasi muda bisa mencontoh DPD RI. Bahkan bisa memberikan inspirasi sehingga generasi muda bisa terjun di dunia politik. Semua itu kembali kepada kita dulu,” ujarnya.
Gus Hilmy menambahkan bagaimanapun hasil politik itu tergantung pada prosesnya. Kalau prosesnya baik maka outputnya tentu saja akan baik.
“Tapi jika prosesnya bermasalah seperti money politic, saling hina satu dengan yang lain, dan bohong. Maka kita tahu hasilnya juga tidak bagus. Politisi yang baik itu yang bisa memberikan pencerahan dan solusi sehingga memberikan win-win solution. marilah kita memberikan contoh yang baik,” pungkasnya.
Gus Hilmy menambahkan bahwa kebangkitan nasionalisme harus dijadikan sesuatu sikap dan karekter, bukan berdasarkan momentum. Maka kuncinya dalah kebersamaan dalam menjaga perbedaan.“Hal yang kecil bisa kita lihat dari menjaga perbedaan. Itu juga merupakan kebangkitan nasionalisme yang harus selalu dijaga. Bukan mau menang sendiri,” paparnya.