Uni Eropa Tengah Hadapi Krisis Energi Serta Resesi Ekonomi Gegara Rusia Stop Gas Menyeluruh
Abadikini.com, BRUSSEL – Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut negara-negara Uni Eropa mestinya menetapkan pembatasan harga (price cap) atas gas alam Rusia. Selain itu, ia juga meminta perusahaan-perusahaan energi di Eropa untuk memberikan dana “kontribusi solidaritas.”
Negara-negara Uni Eropa tengah menghadapi krisis energi yang bisa berujung pemadaman listrik massal pada musim dingin, penutupan pabrik-pabrik, serta resesi ekonomi.
Rusia sendiri telah memotong pasokan gas secara parsial atau menyeluruh kepada 13 negara Uni Eropa.
“Kita menghadapi sebuah situasi luar biasa, karena Rusia adalah pemasok yang tak bisa diandalkan. Juga, Rusia secara aktif memanipulasi pasar gas,” kata Von der Leyen dikutip Associated Press, Rabu (7/9/2022).
“Kita harus memangkas pendapatan Rusia, yang mana digunakan Putin untuk mendanai perang kejamnya di Ukraina,” lanjut presiden badan eksekutif Uni Eropa tersebut.
Meskipun demikian, Von der Leyen enggan menyebut nominal tertentu pembatasan harga. Nominal itu disebutnya akan disepakati dalam pertemuan darurat antara menteri-menteri energi Uni Eropa pada Jumat (9/9) besok.
Von der Leyen pun mengusulkan perusahaan-perusahaan energi di Eropa membayarkan dana solidaritas ke negara-negara anggota. Ia menyebut negara anggota bisa menggunakan dana itu untuk “mendukung rumah tangga rentan dan berinvestasi dalam sumber energi bersih dalam negeri.”
Von der Leyen menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan energi menorehkan “profit besar” di tengah ancaman krisis gas.
Politikus asal Jerman itu tidak membeberkan detail bagaimana pihaknya akan menuntut dana solidaritas dari perusahaan energi.
Di lain sisi, sejumlah negara Eropa telah menetapkan kebijakan pajak terhadap profit besar perusahaan-perusahaan energi.
Sebelum perang di Ukraina meletus, Rusia memasok sekitar 40 persen dari seluruh impor gas ke Eropa. Namun, kini, gas Rusia dipangkas hingga 9 persen dari keseluruhan impor.