Al Quran Dibakar, Filep Tekankan Nilai Toleransi dalam Kultur Papua ‘Satu Tungku Tiga Batu’

Abadikini.com, JAKARTA – Pembakaran kitab suci Al Quran yang dilakukan oleh ketua umum salah satu partai politik di Stockholm, Swedia menuai reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat di tanah air. Wakil Rakyat dari Papua Barat, Filep Wamafma turut menyayangkan peristiwa ini. Filep menilai kejadian tak pantas itu justru menunjukkan mundurnya peradaban modern yang selama ini digaungkan ‘Barat’.

“Saya secara pribadi sangat menyesalkan kejadian tersebut. Saudara-saudara saya Umat Muslim sangat tercederai hati dan pengalaman keagamaannya lantaran kejadian ini. Peradaban demokratis yang disebarkan di dunia Barat kini seperti berjalan mundur ke belakang lantaran nilai toleransi seolah tidak punya makna apa-apa dalam kehidupan beragama disana,” kata Filep lewat keterangan dikutip, Jumat (27/1/2023).

“Tentunya harus ada langkah politik yang diambil sebagai negara berdaulat, yaitu memanggil Dubes Swedia untuk Indonesia dan meminta keterangan secara detail terkait peristiwa tersebut, mengingat Swedia dan Indonesia punya hubungan bilateral yang baik,” kata Filep lagi.

Selain itu, Filep menuturkan masyarakat Indonesia juga merupakan masyarakat majemuk yang mampu menunjung tinggi nilai-nilai toleransi terutama dalam kehidupan beragama. Hal ini tentu sangat jelas tercermin dalam semboyan bangsa Indonesia ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang juga menjadi salah satu pilar kebangsaan negara.

Lebih lanjut, Filep menambahkan, keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia juga berkontribusi untuk menanamkan sifat dan sikap saling menghargai serta menghormati perbedaan termasuk dalam hal perbedaan keyakinan. Salah satunya adalah Filosofi budaya ‘Satu Tungku Tiga Batu’ di tanah Papua.

“Ada satu hal lain yang mau saya tekankan terkait peristiwa ini, bahwa Dubes Swedia harus diberi pemahaman mengenai toleransi beragama di Indonesia, termasuk diantaranya tentang kultur masyarakat Papua dan Papua Barat. Toleransi beragama di Papua dan Papua Barat berlandaskan pada prinsip Satu Tungku Tiga Batu,” ungkapnya.

“Filosofi ini sudah turun-temurun melekat dalam diri Orang Papua. Di Fakfak misalnya, filosofi Satu Tungku Tiga Batu merupakan pengejawantahan dari filsafat hidup Etnis Mbaham Matta yang disebut KO, ON, KNO, Mi Mbi Du Qpona, yang berarti Kau, Saya, dan Dia Bersaudara. Inilah yang harus diceritakan berulang-ulang supaya wajah toleransi beragama benar-benar dirasakan dan disebarluaskan ke seluruh dunia,” tegas Akademisi STIH Manokwari ini.

Menurut politisi asal Biak ini, prinsip Satu Tungku Tiga Batu juga dapat dimaknai sebagai hubungan kerjasama yang baik antara agama, adat dan pemerintah.

“Agama, adat dan pemerintah merupakan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di Papua. Demikian juga prinsip Satu Tungku Tiga Batu itu mengikat hubungan antara pribadi-pribadi dalam masyarakat Papua, bahwasanya semua dipersatukan dalam satu kehidupan setara tanpa memandang perbedaan agama, suku, status sosial,” kata Filep.

“Jadi sekali lagi, untuk persolan pembakaran Al-Qur’an ini, mari kita gaungkan filosofi besar anak-anak Papua, yaitu prinsip Satu Tungku Tiga Batu, agar dunia membuka mata, bahwa sejarah toleransi beragama sudah mendarah daging di Tanah Papua. Untuk saudara-saudara saya muslim di Papua, saya ikut berbelarasa atas peristiwa ini. Kita mendorong supaya keadilan hukum ditegakkan atas kejadian ini,” tegasnya.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker
planet128 cahaya128 planet128 turbo128 planet128 rawit128 cahaya128 rawit128 planet128 rawit128 planet128 planet128 rawit128 turbo128 rawit128 planet128 rawit128 turbo128 planet128 rawit128 planet128 planet128 planet128 planet128 turbo128 rawit128 planet128 planet128 planet128 rawit128 turbo128 turbo128 planet128 rawit128 rawit128 planet128 turbo128 Slot mega888 slot slot gacor