Data Keamanan AS Bocor?

Abadikini.com, JAKARTA – Rahasia itu begitu besar, mahal, dan sangat penting. Di awal tahun 70-an, CIA membangun sebuah kapal besar, Hughes Glomar Explorer namanya. Menurut sebuah rahasia sejarah yang telah diungkapkan oleh agen intelijen Amerika Serikat, kapal itu rencananya akan mengangkat bangkai kapal selam Soviet dari dasar Samudra Pasifik.

Namun, cerita karangan CIA tentang kapal itu —yang diklaim dibuat oleh Howard Hughes untuk mengambil mangan dari kedalaman samudra— pupus setelah Los Angeles Times mengeluarkan sebuah berita pada Februari 1975. Akhirnya proyek tersebut terbengkalai.

Kehadiran Jack Teixeira (21), seorang anggota angkatan udara Amerika Serikat yang dituduh membocorkan data rahasia intelijen negara, di pengadilan pada Rabu (19/4), memunculkan berbagai pertanyaan. Apakah kebocoran semacam itu merusak keamanan Amerika Serikat secara lebih terselubung, dibandingkan dengan insiden Hughes Glomar Explorer yang sudah terjadi?

Membuktikan bahwa sebuah kebocoran, baik secuil data maupun sebundel dokumen, telah merusak Pemerintah Amerika Serikat bukanlah perkara mudah, mengingat asesmen secara internal pun sesuatu yang bersifat rahasia. Namun para pemerhati mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan bisa sangat besar.

“Ada kemungkinan kerusakan yang besar, karena banyak dari metode-metode intelijen yang paling berharga adalah sesuatu yang rentan,” kata Steven Aftergood dari Federasi Ilmuwan Amerika.

“Sekali keberadaannya diketahui, hal itu bisa dihindari atau diakali, dan nilai intelijennya hilang,” katanya. Dia menunjuk pada sebuah target yang menghindari spionase, atau memanfaatkan medium untuk memberikan informasi palsu.

“Orang-orang bisa ditempatkan pada risiko yang signifikan, penahanan atau mati,” dia menjelaskan.

Mark Zaid, pengacara keamanan nasional berbasis di Washington, menyebutkan ada empat jenis dampak.

Empat hal itu termasuk informasi itu sendiri, misalnya lokasi pasukan; sumber atau metode pengumpulan data, yang bisa membahayakan individu atau jalur informasi tersebut; kepentingan Amerika Serikat, yang memungkinkan lawannya untuk mengeksploitasi kelemahan negara; dan pengungkapan terhadap publik, yang bisa membuat malu negara lain, termasuk negara sahabat.

Pada Selasa (18/4), presiden Meksiko menuduh Pentagon mengintai mereka, setelah Washington Post melaporkan bahwa tampaknya ada ketegangan antara angkatan darat dan angkatan laut Meksiko. Presiden Meksiko mengatakan dia akan mulai merahasiakan informasi dari tentara demi keamanan negara.

Kebocoran dokumen diplomatik dan militer Amerika Serikat di WikiLeaks pada tahun 2010 berujung pada dua duta besar AS kehilangan posisinya.

Pada 2011, duta besar Amerika Serikat untuk Meksiko mengundurkan diri setelah beredarnya kritik dari sang pejabat terhadap otoritas Meksiko terkait kurangnya koordinasi dalam membasmi para pemimpin kartel narkoba, dan Ekuador mengusir utusan AS terkait dugaan korupsi di tubuh kepolisian.

Pada dasarnya, mustahil bagi orang awam untuk mengetahui secara pasti dampak dari kebocoran data, karena peninjauan internal pun dibuat rahasia agar tidak ada lagi kebocoran.

“Asesmen dampak tersebut pun mungkin akan menunjukkan tambahan informasi yang sifatnya rahasia,” kata Zaid. Contohnya, seperti berapa lama si sumber memberikan informasi, dan apakah hal yang disampaikan akan mengakibatkan kekalahan dalam perang.

Faktor lain yang membuat rumit adalah segelintir pejabat yang membuat kebocoran itu terlihat seperti permasalahan sepele. Bisa jadi mereka mencari muka dengan cara berpura-pura bahwa tidak ada kerusakan, atau melakukan hal tersebut untuk menggembar-gemborkan kasus tersebut agar hukuman bagi para pelakunya semakin berat.

Dalam kasus kapal Hughes Glomar Explorer, yang dibangun dengan dana yang tidak sedikit dan hanya berhasil mengangkut sebagian kapal selam Soviet, setelah cerita karangan tentang kapal itu ketahuan palsu, pada akhirnya proyek itu menjadi sama sekali tidak berguna bagi CIA.

Akhirnya, kapal itu digunakan untuk menambang minyak, dan pada tahun 2015, kapal itu dibongkar.

Sumber: Reuters

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker
planet128 cahaya128 planet128 turbo128 planet128 rawit128 cahaya128 rawit128 planet128 rawit128 planet128 planet128 rawit128 turbo128 rawit128 planet128 rawit128 turbo128 planet128 rawit128 planet128 planet128 planet128 planet128 turbo128 rawit128 planet128 planet128 planet128 rawit128 turbo128 turbo128 planet128 rawit128 rawit128 planet128 turbo128 Slot acgwin kacang99 mega888 slot