Hamdan Zoelva sebut Syarikat Islam belum Tentukan Sikap Dukungan di Pilpres 2024
Abadikini.com, MAKASSAR – Ketua Umum Syarikat Islam (SI) Hamdan Zoelva menyatakan pihaknya belum menentukan sikap politik dukungan pada sejumlah bakal calon pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), 14 Februari 2024.
“Jadi begini, kepentingan SI adalah pencapaian tujuan dan sasaran programnya. Memang SI berkepentingan dengan presiden. Siapa pun presidennya, bagi SI siapa yang berkomitmen besar pada perbaikan ekonomi,” ujar Hamdan usai pelantikan pengurus SI di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (24/6).
Mengenai sikap politik dukung-mendukung calon presiden, dia menegaskan belum ada karena masih melihat siapa yang berpihak pada keadilan ekonomi dan keadilan sosial.
Menurut dia, sejauh ini belum ada calon pasti meskipun sudah ada beberapa sosok bermunculan ke publik.
“Ini ‘kan belum jelas siapa calon, memang sudah ada deklarasi tiga orang, tetapi belum ada hasil final. Kita lihat nanti apakah tiga ini atau empat atau dua, ini belum klir betul. Nanti pada saatnya SI akan fokus pada capres yang peduli pada aspek ekonomi dan keadilan sosial,” tuturnya.
Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, sosok seperti yang disebutkan tadi tentu menjadi kunci kemajuan umat pada masa mendatang. Selain itu, kriteria capres mesti memperhatikan ekonomi keumatan dan menjalankan keadilan sosial bagi rakyatnya.
Ditanyakan soal politik identitas, baginya politik identitas bisa merusak tatanan demokrasi, bahkan merendahkan bangsa Indonesia. Akan tetapi, bila membawa identitas untuk politik atau mendapatkan pengaruh agar dipilih, itu normal saja.
“Jadi masalah kalau merendahkan orang lain. Yang paling penting adalah jangan saling merendahkan sehingga membuat orang menjadi trust (percaya) terhadap politik,” papar pria kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat, 21 Juni 1962 ini.
Menjawab pertanyaan soal potensi kerawanan Pemilu 2024, Hamdan menuturkan ada kekhawatiran sebab setiap pemilu akan timbul kerawanan sama seperti pemilu sebelumnya. Oleh karena itu, jangan dipelihara, terutama keterbelahan sosial. Dampak kerusakannya sampai pada tatanan keluarga dan implikasinya luar biasa.
Meski demikian, kata Hamdan, seluruh calon tentunya memiliki iktikad baik untuk membangun bangsa. Siapa pun itu pasti memiliki tujuan yang sama. Kalau pemahaman itu ditanamkan secara bersama-sama, ditemukan titik yang bisa memahami orang lain.
“Dengan demikian, yang lain ada berbeda strategi itu hal biasa. Walaupun berbeda, kita harus juga memahami asalkan punya iktikad baik membangun bangsa dan negara ini, siapa pun orangnya. Akan tetapi, jangan paksa rakyat sesuai dengan kemauan kita, rakyat bebas memilih,” ucapnya. (Antara)