RSCM dan Joslin Diabetes Center Amerika Serikat Jalin Kerja Sama
Abadikini.com, JAKARTA – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjadikan sejumlah rumah sakit besar vertkal Kemenkes menjadi rumah sakit pengampuan untuk penyakit tertentu, termasuk RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjadi pengampuan untuk layanan diabetes. Untuk mewujudkannya, RSCM menjalin kerja sama dengan Joslin Diabetes Center Amerika untuk meningkatkan kapasitas sebagai RS pengampu layanan diabetes.
“RSCM mendapat tugas sebagai pengampuan nasional untuk diabetes karena diabetes adalah mother of all disease. Jadi kalau udah kena diabetes itu bisa berpengaruh ke penyakit lain seperti ginjal, penyakit jantung, dan stroke,” ujar Menkes Budi di RSCM, Jumat (14/7).
Tugasnya RSCM, lanjutnya, adalah memastikan bisa menyusun jaringan layanan mulai dari yang paling bawah di level puskesmas sampai ke paling tinggi di level rumah sakit. Targetnya hanya satu yaitu mengurangi kematian masyarakat Indonesia dari diabetes.
Plt. Direktur Utama RSCM, dr. Lies Dina Liastuti mengatakan RSCM saat ini diminta untuk bisa melayani diabetes pada pasien-pasien secara terintegratif. Pihaknya bekerja sama dengan Joslin Diabetes Center Amerika yang merupakan rumah sakit terbaik di dunia untuk membantu meningkatkan kapasitas SDM di RSCM agar mampu mengampu rumah sakit – rumah sakit lain di daerah untuk pelayanan diabetes.
“Strateginya harus kita susun. Kita bisa mempelajari dari mereka (Joslin Diabetes Center) bagaimana penanganan yang termutakhir, tercanggih, dan paling efektif untuk mengatasi diabetes,” kata Menkes Budi seperti dalam keterangan dikutip, Sabtu (15/7/2023).
Pembahasan kerja sama RSCM dengan Joslin Diabetes Center Amerika sudah dibahas sejak 2022. Strategi yang dilakukan salah satunya adalah meningkatkan kapasitas dari kemampuan RSCM terlebih dahulu.
“Karena kalau kami sudah mampu selevel dengan mereka (Joslin Diabetes Center) baru kami akan mengajar rumah sakit – rumah sakit lain. Joslin Diabetes Center akan mengunjungi klinik diabetes center di RSCM, mereka akan melihat apakah ada gap dalam pembuatan alur pelayanan, kemudian kekurangan peralatan yang kami miliki, dan sebagainya. selanjutnya mereka akan berikan rekomendasi apa yang harus kami perbaiki,” ucap dr. Lies.
Joslin Diabetes Center juga akan mengajar dokter-dokter ahli RSCM bila diperlukan penambahan kemampuan di lingkup diabetes melitus ini. Pasalnya, diabetes melitus ini bukan hanya menangani kadar gula tapi juga bagaimana komplikasi – komplikasi yang terjadi karena diabetes.
“Jadi Joslin Diabetes Center akan melihat lingkup beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan diabetes, seperti bedah vaskular untuk menangani kaki yang harus diamputasi, juga mengenai cuci darah, dan sebagainya. Mereka akan membantu kami pada tahap selanjutnya setelah kami bisa mencapai level yang diinginkan. Kami akan bersama-sama mereka menyusun strategi mengajar kepada rumah sakit – rumah sakit yang lain sehingga kapasitas mereka menjadi sama seperti RSCM,” ungkap dr. Lies.
Interim Chief Medical Officer and Senior Vice President, Joslin Diabetes Center Sanjeev Mehta mengatakan selama hampir enam bulan telah melakukan diskusi untuk memahami manajemen dan perawatan diabetes di Indonesia, terutama melalui sudut pandang RSCM. Melalui fase penilaian nantinya bertujuan untuk memahami klinis operasional terkait dengan manajemen diabetes di seluruh Indonesia, terutama terkait dengan perawatan yang diberikan oleh RSCM. Proses penilaian sendiri akan berlangsung hingga bulan september.
Setelah penilaian ini selesai, kami akan memberikan rekomendasi praktik terbaik untuk memberikan terapi lanjutan untuk diabetes. Setelah fase penilaian ini dan penyampaian rekomendasi yang komprehensif, Indonesia akan ditawarkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam fase dua, yakni implementasi. Di sinilah sebenarnya Joslin menjadi partner dalam implementasi rekomendasi tersebut.
“Jadi saat ini kita sedang memulai fase satu, yaitu penilaian mendalam untuk benar-benar memahami manajemen perawatan diabetes di Indonesia, dengan asumsi bahwa apa yang kami lakukan (perawatan diabetes) di Boston masuk akal untuk diimplementasikan di Indonesia,” ucap Mehta.