Hamas: Warga Palestina Tidak Akan Tinggalkan Gaza
Abadikini.com, JAKARTA – Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, pada Sabtu (14/10/2023), menegaskan bahwa warga Palestina tidak akan meninggalkan Jalur Gaza atau Tepi Barat untuk bermigrasi ke Mesir.
Sehari sebelumnya, tentara Israel telah memerintahkan lebih dari 1 juta penduduk Gaza di utara untuk mengungsi ke selatan dalam waktu 24 jam. Pengumuman itu dianggap sebagai sinyal bahwa Israel akan segera melancarkan invasi darat ke wilayah tersebut.
“Keputusan kami adalah untuk tetap berada di tanah kami,” kata Haniyeh.
Gaza terus menghadapi pemboman oleh Israel sebagai balasan atas serangan mendadak yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober. Selain itu, warganya juga telah kehilangan akses terhadap makanan, air, listrik dan pasokan medis akibat blokade yang diberlakukan Israel.
Mesir, yang berbatasan dengan Gaza, bersama negara Arab lainnya telah memperingatkan bahwa warga Palestina tidak boleh dipaksa meninggalkan tanah air mereka.
Hal ini mencerminkan ketakutan mendalam Arab, bahwa perang Israel dengan Hamas kali ini dapat memicu gelombang baru pengungsian permanen dari tanah Palestina.
“Ini adalah penyebab dari semua penyebab, penyebab seluruh bangsa Arab. Penting bagi rakyat (Palestina) untuk tetap teguh dan hadir di tanah mereka,” kata Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, pada Kamis (12/10/2023).
Bagi warga Palestina, gagasan meninggalkan Gaza mengingatkan kembali pada tragedi Nakba 1948. Saat itu, ratusan ribu orang Palestina melarikan diri atau diusir dari kampung halaman mereka yang kini disebut Israel.
Mesir mengatakan, penyeberangan Rafah terbuka dan pihaknya berusaha mengamankan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Upaya ini terhambat oleh serangan Israel di dekat perbatasan.
Kairo juga mengindikasikan bahwa penyelesaian masalah melalui eksodus massal warga Palestina tidak dapat diterima.
“Opini publik Mesir akan melihat hal ini sebagai awal dari pembersihan etnis, pemindahan paksa, dan pada dasarnya pengusiran, sehingga diharapkan mereka tidak akan pernah kembali lagi,” kata H.A. Hellyer, rekan senior di Royal United Services Institute, dilansir Reuters.
Konflik di sekitar Gaza juga telah menimbulkan kekhawatiran bagi Yordania, bahwa Israel akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memindahkan warga Palestina secara massal dari Tepi Barat. Yordania sendiri merupakan rumah bagi banyak pengungsi Palestina.
Setelah pertemuan darurat Liga Arab pada Rabu (11/10/2023), Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan, semua negara Arab sepakat untuk melawan segala upaya pengusiran warga Palestina dari tanah air mereka.