Ada Sosok Peramal Sakti Dibalik Kejayaan Bisnis Salim Group
Abadikini.com, JAKARTA – Salim group merupakan salah satu konglomerasi besar di Indonesia. Perusahaan yang didirikan Sudono Salim atau Liem Sioe Liong ini memiliki banyak unit usaha, mulai dari semen, ritel, hingga otomotif.
Melansir cnbcindonesia Sabtu (8/6/2024) ada sebuah cerita unik dalam pendirian bisnis raksasa ini. Diketahui, ada peran peramal Gunung Kawi dalam awal bisnis ini.
Cerita mula Salim group terjadi tahun 1975 saat Sudono Salim atau Liem Sioe Liong tak sengaja bertemu dengan Mochtar Riady dalam sebuah penerbangan menuju Hong Kong. Mereka lantas berbincang tentang dunia perbankan.
Riady cerita ingin mengembangkan bank baru. Lalu, Salim menimpali cerita itu dengan mengatakan kalau dia sedang mencari orang untuk mengurusi tiga banknya, Bank Windu Kencana, Bank Dewa Ruci, dan Bank Central Asia (BCA).
Bagi Salim, Riady adalah orang yang tepat untuk mengurusi BCA dan menunjuknya untuk mengurus bank itu. Di tangan Riady, BCA menjelma menjadi bank swasta terbesar di Indonesia sejak tahun 1980-an hingga sekarang.
Keputusan Salim menunjuk Riady sendiri disebut tidak lepas dari legenda Gunung Kawi. Ia disebut telah menunjuk Riady setelah mendapatkan nasehat peramal gunung itu.
“Sekembalinya dari Gunung Kawi [menemui peramal], dengan keyakinan dia berkata kalau “aku akan menjadi Tang Sheng untuk Mohctar”,” kata Salim dikutip dari Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016) karya Richard Borsuk dan Nancy Chng.
Mengutip Gunung Kawi: Fakta dan Mitos, Gunung Kawi memang dikenal sebagai tempat yang kerap didatangi orang-orang untuk tujuan mistik, termasuk meminta ramalan dari dukun. Dan Salim punya misi khusus tiap kali ke sana.
Dalam paparan Richard dan Nancy, Salim tercatat kerap bolak-balik Surabaya-Gunung Kawi dengan jarak tempuh 3 jam. Selama setahun, Salim bisa menghabiskan 3-5 kali untuk berdiam diri khusus di kuil China. Setiap ingin memulai bisnis besar, dia mesti kesana untuk meminta saran peramal dan melakukan beberapa ritual.
“Di kuil-kuil tempat dia bersembahyang, Liem sering mengandalkan cara-cara gaib untuk membantunya memutuskan langkah apa yang harus diambil. Salah satu cara yang biasa dipakai adalah menggoyang-goyangkan tabung bambu berisi lidi-lidi dengan tulisan tertentu sampai sebatang lidi kelar, tulisan di lidi itu lalu dibaca dan ditafsirkan oleh rahib atau peramal,” kata Richard dan Nancy.
Tiap kali peramal itu berucap, Salim jelas mempercayainya. Dia tidak ingin salah langkah dan rugi besar jika tidak “nurut” pada peramal.
Selain untuk memulai bisnis, Salim juga melakukan ini untuk meramal bangunan atau suatu tempat. Salim pernah memiliki cerita khusus tentang ini.
Pada 1968, dia bersama konglomerasi ‘Gang of Four’ yang berisi Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad ingin memulai bisnis. Dalam proses awal pendirian, Salim memutuskan untuk memulai kerjasama dari ruangan kecil yang sesak, alih-alih ruangan besar nan nyaman.
Ruangan itu hanya ada satu telepon, satu meja, dan dua kursi tanpa pendingin ruangan. Salim ngotot mempertahankan ruangan itu karena sangat baik dari segi feng shui. Belakangan, kepercayaan itu terbukti. Bisnis Salim lewat ‘Gang of Four’ moncer.
Tak hanya itu, berkat kepercayaannya pada hal mistik, bisnis Salim yang lain makin menggurita hingga membuat dia kaya raya.