Ahli Gizi UKI: Senyawa Bromat dalam Air Kemasan Lebih Berbahaya Dibandingkan BPA
Abadikini.com, JAKARTA – Dokter gizi dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) mengungkapkan bahwa senyawa bromat yang terdapat dalam air minum dalam kemasan (AMDK) lebih berbahaya bagi kesehatan dibandingkan Bisphenol A (BPA).
“Tentu merugikan kesehatan apabila sudah melampaui batas yang diizinkan,” kata Dr. dr. Louisa Ariantje Langi, MA., MSi. di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin (17/6/2024).
Louisa menjelaskan bahwa bromat menjadi lebih berbahaya karena terkandung langsung di dalam air kemasan yang dikonsumsi oleh masyarakat, sedangkan BPA merupakan senyawa yang terdapat di dalam kemasan pangan.
Apabila kandungan bromat dikonsumsi melampaui batas yang diizinkan, maka akan mempengaruhi kesehatan orang tersebut. Gangguan kesehatan yang umum akibat mengonsumsi bromat meliputi masalah pencernaan seperti mual, muntah, sakit perut, dan diare. Lebih serius lagi, bromat dapat menyebabkan gangguan ginjal, sistem saraf, tuli, hingga kanker.
“Dunia kedokteran memiliki keinginan yang kuat agar semua produsen menerapkan etika keamanan pangan,” tegas Louisa. Ia menyarankan agar produsen mencantumkan kandungan bromat dalam tiap produk mereka untuk memberikan informasi yang jelas kepada konsumen.
Ia juga meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengeluarkan regulasi terkait kandungan bromat pada label AMDK.
“Sehingga masyarakat tidak dibodohi bahwa suatu produk ini aman atau tidak, dan kalau melebihi batas seharusnya tidak boleh beredar,” tambahnya.
Peneliti Pusat Riset Sumberdaya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Rizka Maria, menambahkan bahwa dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa bromat dapat menimbulkan gangguan sistem saraf pusat.
“Misalnya hilangnya refleks dan kelelahan berlebihan, gangguan darah seperti anemia, mual, muntah, nyeri perut, diare, muntah darah, dan pembengkakan paru,” kata Rizka.
Rizka juga mengungkapkan bahwa akumulasi bromat dapat memicu efek karsinogenik yang mulai terasa atau teramati setelah 10 hingga 20 tahun konsumsi. Namun, kondisi tersebut tergantung pada kadar bromat yang ada dan kesehatan seseorang.