Kremlin Marah Atas Sikap Putin
Abadikini.com, JAKARTA – Posisi Vladimir Putin dalam kursi Kepresidenan Rusia disebut-sebut tidak begitu aman. Hal ini diungkap oleh mantan anggota parlemen Rusia dan kritikus keras Putin, Ilya Ponomarev.
Dalam sebuah paparan, Selasa (25/6/2024), Ponomarev menyebut adanya peningkatan kemarahan di kalangan elit Kremlin dan veteran militer mengenai perang di Ukraina. Ponomarev mengatakan banyak elit yang tidak tahan dengan sikap Putin yang terus panas dengan Barat.
“Ada potensi ancaman internal yang sangat serius yang mengatasnamakan elit Rusia, karena mereka telah mengalami kerugian yang sangat besar akibat sanksi dan secara umum runtuhnya hubungan dengan Barat,” jelasnya kepada Express.
Ponomarev mengidentifikasi elit bisnis muda, yang tidak sepenuhnya tersandera oleh sanksi dan memiliki banyak kontak dengan Barat, sebagai kelompok yang paling tidak puas dengan rezim saat ini.
“Mereka sangat tidak senang karena Putin belum mampu memenuhi janjinya untuk menjamin gencatan senjata dan memulihkan hubungan dengan Barat menjadi normal. Mereka tidak dapat menunggu selamanya.”
Ancaman terhadap Putin tidak hanya terbatas pada kelompok elit saja. Ponomarev mengidentifikasi kelas manajerial Rusia dan para veteran militer yang kecewa sebagai potensi pembuat onar bagi Kremlin.
“Mereka biasanya adalah personel layanan di perusahaan-perusahaan besar di dalam kota dan mereka sangat anti-egaliter dan secara umum mereka tidak senang dengan apa yang terjadi,” tambahnya.
“Juga ada veteran tentara yang pulang dari garis depan. Banyak yang diam-diam menyembunyikan senjata dan merasa dikhianati oleh pemerintah pusat, yang tidak tahu bagaimana mengatur tentara dan mencuri segalanya.”
Dengan adanya hal-hal ini, Ponomarev yakin jalan menuju revolusi masih ada namun tidak dapat diprediksi dengan mudah. Ini bisa saja terjadi dalam skenario sakitnya Putin hingga pemberontakan intra-elit.
“Harus dimulai dari intra elite, konflik dengan kekacauan intra-elit. Dan saya pikir di Rusia tidak ada seorang pun yang mampu mengendalikan keadaan. Hal ini pasti akan berkembang menjadi revolusi penuh,” ujarnya lagi.
Maka itu, Ponomarev berpendapat bahwa parlemen pemberontak akan memainkan peran kunci dalam membentuk revolusi. Hal ini tentu memerlukan dukungan dari pemerintah Barat.
“Kita perlu bersiap dan mengarahkannya ke arah yang benar karena jika tidak, akibat dari proses yang akan segera terjadi ini, mungkin ada kekuatan fasis yang akan berkuasa, dan perang saudara bisa saja meletus,” jelasnya.
“Jadi kita harus cukup kuat, cukup berwawasan luas, dan mempunyai visi masa depan yang positif. Dan ya, sebagian besar elit harus berada di pihak kita untuk menstabilkan situasi dan hal ini tidak dapat terjadi tanpa keterlibatan Barat.”