Dua Anggota Parlemen Eropa Ditolak Masuk Israel

Abadikini.com, JAKARTA – Dua anggota Parlemen Eropa (MEP), termasuk Lynn Boylan yang memimpin delegasi Uni Eropa untuk Palestina di Parlemen Eropa, serta dua staf parlemen Eropa, ditolak masuk ke Israel.
Boylan, anggota parlemen dari partai kiri Sinn Fein di Irlandia, dan rekannya, Rima Hassan dari partai kiri Prancis La France Insoumise (France Unbowed), dilarang masuk setibanya di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv.
Menanggapi penolakan tersebut, Boylan mengungkapkan kegusarannya.
“Sikap Israel yang sangat meremehkan ini adalah akibat dari kegagalan komunitas internasional dalam meminta pertanggungjawaban mereka,” kata Boylan dalam pernyataan resminya.
Dia menegaskan bahwa tujuan kunjungannya adalah untuk bertemu dengan Otoritas Palestina, organisasi masyarakat sipil, serta rakyat Palestina yang telah lama menderita akibat pendudukan dan aksi militer Israel.
Boylan mengecam tindakan Israel sebagai tindakan “genosida” dan menyerukan Uni Eropa untuk mengambil langkah nyata, termasuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel atas perlakuannya terhadap rakyat Palestina.
Hassan juga mengeluarkan kecaman keras.
“Israel dengan jelas ingin mencegah perwakilan yang terpilih secara demokratis untuk menyaksikan langsung sejauh mana pelanggaran hak asasi manusia yang mereka lakukan,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa larangan masuk tersebut merupakan bukti nyata bagaimana Israel terus bertindak tanpa konsekuensi di panggung internasional.
Hassan berjanji akan terus menyerukan sanksi terhadap Israel selama rakyat Palestina masih mengalami pelanggaran hak asasi manusia.
Blok kiri di Parlemen Eropa menyatakan dukungan penuh terhadap anggotanya dan menuntut agar perwakilan terpilih tersebut dapat menjalankan tugas mereka tanpa hambatan, baik di Eropa maupun di luar negeri.
Insiden itu terjadi di tengah perdebatan yang sedang berlangsung di Brussel mengenai hubungan Uni Eropa dengan Israel, terutama dalam kerangka Dewan Asosiasi Uni Eropa-Israel.
Meskipun kekerasan di Gaza dan Tepi Barat terus berlanjut — yang oleh kelompok kiri Eropa dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional dan tindakan “genosida” — Uni Eropa tetap melanjutkan hubungan normal dengan Israel.
“Blok Kiri berdiri bersama perwakilan terpilihnya dan bersama rakyat Palestina, serta akan terus menekan agar Perjanjian Asosiasi Uni Eropa-Israel segera ditangguhkan,” demikian pernyataan mereka.
Sumber: Anadolu