Kantor Presiden Yaman Diserang Kelompok Pemberontak
abadikini.com, ADEN – Kelompok paramiliter Pasukan Pemberontak Selatan (SRF) dilaporkan telah mengepung kantor kepresidenan Yaman di Aden.
Salah seorang perwira militer Yaman menyatakan, para pemberontak telah menguasai gerbang utama, dan telah menempatkan pasukannya di sekeliling gedung.
“Mereka yang ada di dalam secara tidak langsung telah menjadi tahanan rumah,” kata perwira tersebut kepada kantor berita AFP Selasa (30/1/2018).
Pengepungan itu terjadi di hari ketiga bentrokan bersenjata antara SRF dan pasukan pemerintah Yaman yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi.
Total, 36 orang tewas, dan 185 terluka dalam kudeta yang dilancarkan kelompok pemberontak di bawah pimpinan Dewan Transisi Selatan (STC) itu.
“Angka itu belum memperhitungkan korban dari warga sipil,” kata Ketua Misi Palang Merah di Yaman, Carlos Batallas.
Sebelumnya, STC telah mengultimatum bakal melancarkan aksi kudeta di Aden Minggu (28/1/2018).
Kudeta bakal berlangsung jika Presiden Abd-Rabbo Mansour Hadi tidak merombak kabinetnya yag dituding sarat akan aksi korupsi.
Di antara pejabat yang didesak untuk dicopot, terdapat nama Perdana Menteri Ahmed bin Dagher.
Namun, Dagher menduga STC melakukan kudeta atas perintah dari Uni Emirat Arab (UEA).
UEA merupakan anggota koalisi yang dipimpin Arab Saudi ketika mengintervensi Yaman untuk memerangi Houthi yang diduga didukung oleh Iran pada Maret 2015.
Ketika Saudi mulai mempertimbangkan untuk menarik diri dari konflik Yaman, UEA justru makin intensif terlibat di sana.
Salah satu bentuk keterlibatan itu adalah mendanai dan mempersenjatai milisi pemberontak yang berada di bawah komando Aidarous al-Zubaidi.
Zubaidi merupakan milisi gaek yang membantu pemerintahan Hadi dalam mengusir Houthi di Aden.
Atas jasanya, Hadi kemudian memberikan jabatan Gubernur Aden kepada milisi berusia 50 tahun tersebut.
Namun, hubungan antara Hadi dan Zubaidi langsung berakhir setelah Zubaidi dikabarkan menerima bantuan dari UEA.
Adapun Aden merupakan ibu kota interim pemerintahan Hadi setelah Sana’a dikuasai pemberontak lainnya, Houthi, pada 2014.
(beng.ak/iso)